Keesokan harinya semangat di tubuh Citra sudah kembali sempurna.
Ia bangun dengan mata segar menatap menyawang ke luar jendela yang begitu berseri.
Citra yang sejak malam belum sempat bertemu dengan si kembar, menyisikan waktunya untuk turun lebih awal.
Sambil mengenakan outfit di atas kemejanya, Citra berniat menyapa anak-anak lalu lekas pergi kekantor.
Ia sudah siap dengan segala cecaran ayahnya yang akan menyalahkannya mengenai meeting kemarin dengan pihak periklanan yang tak kunjung selesai.
Citra bisa membayangkan wajah ayahnya yang akan sangat garang terhadapnya dan akan condong lebih membela Daniel dari padanya.
'Ach, gak apa-apa aku harap ayah mengerti,' bisiknya dalam hati.
Kini Citra sudah mulai menuruni anak tangga selangkah demi selangkah.
Menyelipkan pandangannya ke bawah, mencari tahu semua orang yang sudah biasa menungguinya.
Tapi, pagi itu suasana ruang makan nampak terasa sangat sepi. Entah kenapa Citra sedikit bertanya-tanya.
