Waktu begitu cepat berputar, Di ruangannya, Citra meremas ujung kursi berbingkai kulit oskar. Masing terenyuh hatinya saat mengingat detik ketika dirinya di sergap oleh Daniel di ruangannya.
Meski saat tak ada seorang pun yang menyaksikannya, pipi Citra merah padam karena tenggelam dari rasa malunya.
"Duh, gimana ini?" ucapnya sendiri. Jangankan untuk bertemu,untuk mengeluarkan wajahnya di luar kantorpun, Citra sangat enggan.
Kakinya terus bolak balik menyisir beberapa bagian bibir pintu ruangannya.
Namun hari semakin larut. Tubuhnya yang sedang berbadan dua pun sudah sangat letih untuk berpijak. Citra tak ada jalan keluar lagi selain keluar dari ruangannya dan lalu pulang.
Lalu, ia menarik gagang pintu kaca yang sangat tebal, dan melirik ke semua arah sengan liar sambil celingukan.
'Huft, aman!'umpatnya dalam hati sambil mengelus dadanya yang membusung.
