Kirana terkekeh melihat Juwita menjerit histeris ketakutan.
Jelas ia takut karena baginya wajah dan kemolekannya adalah modal utama untuk menjaring kariernya, atau tepatnya lagi untuk menarik seluruh para pria berhidung belang yang sering berkeliaran di club malam.
"Apa yang kamu lakukan Kirana!" sentak Juwita terus ketakutan.
Lalu Kirana semakin terbahak-bahak menahan geli di bawah perutnya.
Juwita yang ketakutan hendak menarik tubuhnya dan kursi yang sedang ia duduki di depan kaca rias lalu ia mendongak melihat seluruh wajahnya yang nampak biasa-biasa saja tak ada sedikitpun perubahan signifikan setelah guyuran yang di lancarkan oleh Juwita di botol plastik bawaannya.
"Tenang saja, itu hanya air keras palsu. Hahaha," Kirana tergelak tawa.
Ia sengaja melakukan itu karena ia masih menaruh dendam kesumat yang menyesak di hatinya. Selama Citra berada di sampingnya, Kirana tidak bisa berkutik karena berulang kali Citra menahan Kirana untuk bertindak radikal pada orang lain.