Citra yang tadinya lemah tiba-tiba langsung mengontrol dirinya kembali, menghentakkan tangan dari genggaman Wiguna sambil menatap wajah itu dengan sinis.
Tapi, Wiguna semakin tak gentar tersenyum puas, karena moment itu menentukan separuh kemenangannya, hingga saatnya nanti akan datang Citra yang menjadi istri sepenuhnya.
"Jangan so'perhatian di depan ayah! Aku tidak suka," cecar Citra.
"Apa maksud kamu?" Wiguna semakin menyeringai tersenyum sinis. Lalu satui alisnya terangkat dan matanya menyengat ke arah Citra. "Hati-hati dengan ucapan anda nona Citra, karena kontrak kita sudah syah di tanda tangani, dan cepat atau lambat kita akan menikah. Aku sangat puas dengan keputusan nona tadi. Lagi pula seharusnya Nona membayar aku lebih dari kontrak yang ada, karena nona sudah melakukan ulah aneh lagi," desak Wiguna dengan suara membisik di pinggir daun telinga Citra.
Citra sama sekali enggan menoleh ke arah Wiguna.
