Keesokan harinya, tangan Rayno tak henti mengetuk cepat meja kerjanya dengan ballpoint.
Keringat dingin bercucuran setelah ibunya datang menghadang.
Bibirnya memucat setelah mendengar, ada perempuan lain yang hendak di jodohkan dengan Rayno.
"Kamu jangan terus larut dengan wanita murahan itu, apa lebihnya si Juwita? Udah genit, gak cantik, tak punya harga diri lagi!"
"Mami! Jangan gitu dong mi!" bentak Rayno.
"Jangan gitu apanya? Pokoknya, nanti Mami akan carikan kamu wanita yang yang lebih-lebih sempurna dari dia!" kedua tangan There nampak menekan meja kerja Rayno.
Matanya membulat taja, menusuk ke arah Rayno yang hanya bisa tunduk tak karuan. "Lihatlah diri kamu Ray, untuk kerja pun kamu terlihat lesu, kumal, dan tak bergairah. Jangan sebut kamu belum bisa move on dari Juwita nakal itu!" lanjut There sedikit menyentak.
