Setelah di pikir panjang, Daniel tak bisa membiarkan e_mail dari bundanya lenyap begitu saja.
Keesokan harinya, Daniel langsung terbang melesat pergi ke Birmingham mendatangi bundanya.
Sepanjang perjalanan, Daniel hanya tenggelam mengingat bundanya. Daniel terus membisu seperti patung duduk di jok paling belakang dengan tatapan kosong.
Waktu berjalan begitu cepat, hingga ia sampai di tujuan percis seperti perhitungannya semula.
Lepas menaiki kendaraan umum, Daniel mendorong troli bag-nya memasuki sebuah apartemen yang tingginya sangat menjulang menggapai awan.
Sebelum ia masuk, ia menatap nanar apartemen itu di bawah awan yang gelap dan hanya satu titik bintang mempercantik malam itu.
'Bund, aku pulang!' lirihnya kembali menarik troly bag yang tidak terlalu berat baginya.
Daniel melangkah dengan menarik nafasnya dalam, karena ia merasa dirinya kurang beruntung.
