Setiap kancing kemeja Daniel terbuka total, itu hanya salah satu caranya untuk menjaga agar balutan perban di perutnya tidak tergores kesatnya kain kemeja.
Sambil terus mengaduh kesakitan, ia berjalan tertatih. Tangan kanannya di slendangkan ke bagian tengkuk Citra.
Dengan sabar, Citra memperlambat langkahnya, memapah Daniel dengan menyanggah tubuhnya dengan tangan kiri di lingkar pinggang lelaki itu.
Sepanjang jalan, Daniel merasa nyaman melihat Citra berada di sampingnya. Meski keadaan sekitar sangat menyeramkan.
Rerimbunan pohon menutup cahaya matahari yang akan masuk ke rongga jalanan.
Membuat keduanya harus berjalan meraba-raba dengan telapak kaki Citra terlebih dahulu.
"Hati-hati!" ucap Citra dengan suara yang sangat pelan.
Daniel mengangkat pipinya lebar, ia tersenyum halus. Rasa syukur tak terkira ia panjatkan dalam hatinya. Ternyata dirinya yang lemah masih di beri kesempatan untuk hidup dan melihat Citra dalam keadaan yang sangat luluh kepadanya.