Keterpurukan benar-benar di rasakan oleh Juwita kali ini. Sambil terisak tiada henti, ia menungkup tubuhnya di atas ranjang di apartemennya. Boneka berbulu putih dengan ukuran besar satu-satunya teman yang bisa meredakan kesakit hatiannya.
Tak mau menerima satu orang pun tamu, dan ia tidak mau berbicara dengan siapapun.
Hampir dua hari ini Juwita menghabiskan watunya dengan menangis dan merapatkan bibirnya. Sesekali asistentnya datang untuk menyajikan makanan di atas meja riasnya. Tapi, tak ada sentuhan sedikitpun dari Juwita atas makanan itu, hanya setetes air yang sedikit berkurang dari gelas kaca yang jernih.
Asistennya sudah sangat kebingungan melihat Juwita yang tak seceria biasanya.
"Ta, sudah hampir tujuh job aku batalkan, dan banyak lagi jadwal yang tidak kamu temui. Kita bakalan rugi besar kalau kamu terus begini, bagaimana ini?" tanya Asistennya yang sedikit melambai-lambai karena tak termasuk lelaku tulen.
