Rumah tua berdinding kayu itu jadi saksi cinta Daniel dan Citra yang tak sempurna.
Citra meneteskan air mata usai ia melihat Gunz tepat berdiri di bibir pintu. Rasanya tak ada lagi kata yang bisa ia ungkap saat itu. Hanya kekecewaan yang dalam tergores di hatinya.
"Ayo kita pulang!" Gunz bdrdiri di samping Citra, memberanikan diri untuk meraih tangan Citra yang terlipat menggenggam angin kosong.
Rasanya Citra tak punya harapan banyak, ia ikuti aliran angin kemana mengarahkannya.
Dengan lemah Citra mengikuti ajakan Gunz meski hatinya tak bisa meninggalkan Daniel.
Citra melirik ruangan kayu beralas kasur usang itu, ia menorehkan setitik kenangan di tempat yang sangat indah itu, tapi kali ini Gunz yang ada di hadapannya.
Bak pahlawan tak bersayap Citra mengikuti arahan Gunz masuk kedalam mobilnya dengan air mata tak hentinya berderai terus menerus.
Blugh!
Gunz menutup pintu mobilnya setelah Citra sudah masuk dan terus menunduk tak ingin memancarkan wajahnya.
