Di sebuah starbuck malam, seperti biasa, Juwita berpesta pora. Gemerlipan lampu warna warni membuat suasana gempita.
Bertemu dengan teman lamanya adalah hal yang paling seru yang pernah ia lakukan malam itu, namun sesuatu kabar membuat senyum lebarnya sontak menyurut. Juwita berjalan meminggir menyelinap keluar saat melihat wajah Kenzie sudah berada di pintu masuk starbuck itu.
Juwita begitu tersentak dan menarik Kenzie ke sebuah ruangan tertutup dengan tampang yang sangat sangar.
Mata tajam itu nampak sangat membahayakan untuk Kenzie hingga ia berhati-hati dalam berkata.
"Untuk apa kamu ke sini?" Sentak Juwita yang sudah berdandan seperti boneka dengan bingkai di bibirnya cukup merona.
Kalau saja, Kenzie tidak memerlukan wanita garang itu, mungkin ia sudah menendangnya sedari tadi. Tapi, kunci kartu as Kenzie berada di genggaman Juwita. Bahkan semua akal bulus yang ia dapat berasal dari otak Juwita.
