Citra dapat menarik nafas panjang setelah matanya usai berkeling mengintip para kawanan penjahat yang tak ia kenal melewati kaca spion yang terpasang di sebrang keningnya.
Namun nafas leganya tak berselang lama, Citra kembali panik dan semakin mempercepat laju mobilnya secepat kilat saat melirik ke arah tubuh pria di sampingnya, darah di perut Daniel semakin merambah.
Air khas berbau amis itu merah dan sangat segar. Sesegar apapun itu, tetaplah hal tersebut bukan pemandangan yang sedap di konsumsi oleh matanya, melainkan semakin memudarkan pandangan Citra saat mengemudi karena netranya berkata lain.
'Kamu harus bertahan!' Gumamnya lirih sambil terus menggenggam tangan Daniel.
Ujung kuku Daniel saat itu sudah membeku seperti es kutub di utara, namun Citra terus menggosok lengan punggungnya untuk menghangatkan. Bibir pucat itu sangat membekas di ingatan Citra, tubuhnya lunglai tak berdaya dan hanya mengandalkan mulutnya untuk bernafas, hal itu semakin membuat Citra cemas.
