"Pokoknya aku tidak mau menikah dengan Wiguna, Kir!"
Citra menangis pecah lagi di atas pangkuan Kirana di cafenya.
Ia tak melihat cuaca cerah atau pun gelap, tak ingin tahu awan mendung dan rintik hujan sudah menepi, ia tetap bersikukuh tak nyaman berada di kediamannya hingga sore itu hanya kafe Kirana tujuan utamanya.
Setelah mengemudikan mobil seperti orang gila, ia sampai dan menaiki anak tangga setengah berlari untuk dapat sampai dengan cepat di ruang kerja temannya.
Tidak lain adalah semacam dapur tempat penyajian minuman-minuman di lestoran dengan beberapa mesin besar di dalamnya.
Citra sesenggukan langsung memeluk tubuh Kirana.
"Hei? Ada apa ini?" Tanya Kirana jelas tak mengerti apa yang terjadi pada sahabat kecilnya itu.
"Aku, gak mau nikah dengan Wiguna, Kir! Gak mau! Hiks!"
Air matanya mengalir deras sekali.
