Di sebuah bar malam, Daniel nampak duduk kesepian seorang diri, meski keramaian di sekitarnya sangat mumpuni.
Alunan musik menggetarkan seantero ruangan itu, berbagai macam penampakan orang di sekitarnya membuat Daniel sama sekali tak ingin menengok ke kiri dan ke kanan.
Iya hanya fokus dengan with wine yang iya pesan untuk pelarian dari kekesalannya.
Minuman beralkohol itu mengalir di setiap kulit tenggorokannya, sebenarnya itu sama sekali tidak meredakan sakit hatinya, tapi seenggaknya dengan cara itu dia bisa melepas penat.
Sesekali Daniel meremas rambutnya yang terasa sangat sakit bagai ditusuk paku-paku kecil.
Tubuhnya lunglai di atas meja bar, hanya seorang bartender terus mencekoki Daniel dengan barang dagangannya.
"Tambah lagi?" tanya lelaki berotot besi yang Mahir memainkan botol botol minuman bekas menjadi sebuah atraksi.
"Ya ... tambah lagi minumannya sampai habis!" pinta Daniel dengan mata yang sudah sangat memerah.