Malam semakin larut, Citra berdiam diri meluruskan kakinya di atas ranjang. Ia sendiri hanya berteman sepi dan angin malam. Sesekali suara hewan-hewan kecil saling bersahutan di luar kamarnya.
Rasanya duduk saja tak mengobati sesuatu yang hampa di dalam benaknya. Citra pun memiringkan tubuhnya, satu persatu kaki ia turunkan dari ranjang, ingin segera beranjak mencari asal mula angin masuk.
Ya, balkon kamarnya jadi tujuan utama Citra. Ia berjalan perlahan karena tubuhnya masih terasa sangat renggang setelah kejadian tabrakan sore itu.
Memang tak begitu parah, tapi sisa-sisa pegal di badan mungilnya masih tetap bersarang membuat ia tak enak untuk sekedar tidur rebahan di atas ranjang.
Setelah ia berjalan lambat menuju balkon, angin malam mulai ia rasakan dengan sejuknya.