Masik menyesak di dada Citra, geram karena harus menelan kekesalan yang di torehkan oleh Wiguna seharian di kantornya.
Citra pun lantas pulang dari kantor menggunakan mobil mewahnya melesat dengan cepat.
Banyak mobil sengaja ia siap dari belakang dengan tikungan yang tajam. Padatnya jalanan metropolitan tak menjadikan penghalang untuk ia bepergian dengan sangat kilat.
Kakinya menari dengan sangat lihay menancap pedal gas dan pedal rem bergantian. Tangannya pun tak kalah lihay memutar-mutar lingkar setir yang berada tepat di hadapannya.
Namun konsentrasinya tiba-tiba hilang, saat sebuah telpon masuk menggetarkan handphonenya.
Kringggg ... Kring ... Kring ...
Setitik ia mencuri pandangan ke arah handphonenya yang terletak di jok samping yang tak berpenumpang itu.
Awalnya ia tak memperdulikannya. Tapi, deringan kedua masuk hingga ia sulit untuk menolak panggilan itu lagi.
Citra memiringkan pipinya untuk menghampit handphone dan mulai berbicara.
"Hallo?"