Begitulah pedoman hidup Doni selama ini. Terdengar begitu bodoh dan juga menyedihkan. Memang pada dasarnya dia terkesan memaksa Taa untuk melarikan diri, tapi semua itu kan juga bukan sepenuhnya untuk kebahagiaannya. Doni tak masalah itu anak siapa, dia berjanji bahwa status wanitanya tidak akan pernah menjadi penyebab pudarnya rasa cinta.
Maka dengan demikian, apakah tidak bisa jika wanita itu terus berada di sisinya saj—
"Eungh ...." lenguh Doni memulai permainan solonya.
Tadi, beberapa detik yang lalu setelah memintanya tak berkhianat, Taa malah menciumnya. Ya bukan jenis ciuman panas, hanya sebatas kecupan saja. Tapi apapun itu selama bisa membuat adiknya bangun kan tetap saja terasa ... wagu. Butuh waktu lama untuk mencapai ejakulasi, membuat air terjun tak semudah dengan menggunakan becekan langsung.
"Aku benar-benar berdosa," cibir Doni pada dirinya sendiri saat sudah mencapai puncaknya.