KIARA
Aku tersentak setiap kali tangisan tertahan pamanku terdengar saat Remo dan Nino mematahkan masing-masing jarinya. Mataku tidak tertuju pada pamanku, tetapi pada wajah suamiku. Ekspresinya tajam dan penuh perhatian saat dia melihat pamanku seperti sedang melakukan eksperimen yang menarik.
Selanjutnya, mereka mulai memotong pakaiannya dari tubuhnya, mengiris kulitnya berulang-ulang dalam prosesnya. Aku tersentak berdiri. Aku tidak bisa melihat ini, tidak bisa melihatnya telanjang, tidak bisa mendengarkan tangisannya yang teredam lagi.
Nino melihat ke arahku dan menghentikan kakaknya melepas celana dalam pamanku. Nino berjalan ke arahku. "Apakah kamu ingin mendengar apa yang dia katakan sebelum kamu pergi?"
Aku tidak yakin tapi aku mengangguk kecil.
Nino kembali dan menarik kaus kaki itu dari mulut pamanku. "Maafkan aku," Durant serak. "Mohon maafkan Aku." Matanya memohon padaku.