Nino memiringkan kepalanya dengan cemberut kecil. "Aku tidak bisa membayangkan diberi pilihan itu..."
merinding muncul di kulitku. "Itu tidak akan pernah sampai pada itu."
"Aku tahu."
Sorot mata Nino membuat punggungku merinding. Dia mencium keningku lalu duduk. "Aku perlu mengatur pertarungan kematian untuk Remo."
"Apa?" semburku, terhuyung-huyung dari tempat tidur mengejarnya. "Mengapa?"
Kemudian Aku sadar. Remo tidak bisa mengatasi gejolak emosinya. Satu-satunya cara dia tahu bagaimana menanganinya adalah dengan menyebabkan dan menerima rasa sakit, dengan menumpahkan darah dan membunuh. "Kamu tidak bisa membiarkan itu."
Nino menarik kemeja ke atas kepalanya dan menyisir rambutnya ke belakang dengan jari-jarinya. "Dia tidak akan membiarkan Aku membujuknya keluar dari itu. Aku mencoba."