Nino bergabung denganku di bak mandi, lalu membuka tangannya. Aku bergeser sampai punggungku menempel di dadanya dan aku berada di antara lengannya yang kuat. Dia mencium tenggorokanku. Aku bisa merasakan dia tumbuh dengan keras di punggungku, tapi aku mengabaikannya. Nino menggigit bahuku dan tangannya mengelus lututku, lalu menyelipkan pahaku ke atas, semakin tinggi hingga aku menghentikannya dengan sentuhan lembut. Aku merasakan pertanyaannya yang tak terucapkan. Mungkinkah dia benar-benar tidak mengerti mengapa aku tidak berminat untuk berhubungan seks?
"Apakah kamu tidak merasa bersalah?" Aku bertanya dengan tenang.