Nevio mengabaikan buku bergambar yang dipegang Nino dan menatap tato warna-warni di lengan Nino, menyentuhnya dengan tangan kecilnya seolah dia mengira tato itu akan menjadi hidup di bawah ujung jarinya. Hatiku membengkak sekali lagi, dan aku berbalik dengan cepat sebelum aku menjadi terlalu emosional.
Aku menarik napas dalam-dalam sebelum menyelinap ke kamar Remo. Dia duduk bersandar di kepala tempat tidur, ditinggikan oleh bantal. Tubuh bagian atasnya telanjang, kecuali banyak perban yang menutupi kulitnya—luka yang dilakukan keluargaku untuk membalaskan dendamku.
Dia mendongak dari iPad-nya, dan aku mengambil langkah ragu-ragu mendekat saat aku membiarkan pintu tertutup.
Wajahnya menyunggingkan senyum aneh. "Aku tidak pernah berpikir bahwa kamu akan menjadi orang yang menyelamatkanku."
