Nino meremas bahunya, tapi dia menahan pandanganku lalu melangkah maju dari genggamannya dan mendekat ke arahku. "Tidak," katanya lembut, menatapku dengan mata cokelat besar seolah itu akan menghangatkan hatiku. "Aku meminta izinmu sebagai kakak iparmu dan sebagai Falcone."
"Brengsek," aku menggeram dan memelototi Nino. "Tidak bisakah kamu memilih istri yang bebal? Dia pandai memanipulasi sepertimu. "
Mulut Nino berkedut dan dia tampak bangga. Bangga.
"Aku tidak yakin kenapa aku tahan dengan kalian semua," gumamku.
"Apakah itu berarti aku diizinkan untuk berbicara dengannya?" tanya Kiara penuh harap.
"Ya. Tapi AKu harus memperingatkan Kamu ... Serafina tidak jinak seperti Kamu. Jika aku jadi kamu, aku akan menjaga punggungku. Dia mungkin akan menyerangmu untuk menyelamatkan dirinya sendiri."
