Dia menggerakkan tangannya di bawah lutut dan punggungku dan mengangkatku sekali lagi. Lalu air dinginmenyiramku, dan aku menarik napas dalam-dalam, mataku terbuka. Remo bergeser denganku dalam pelukannya, mencondongkan tubuh ke depan, dahinya menempel pada ubin saat dia menatapku. Tubuhnya melindungiku dari air dingin yang menghujani kami, dan matanya yang gelap menahanku.
"Dibutuhkan beberapa saat sebelum air menjadi hangat di sini," katanya dengan tenang.
Jadi tenang. Mataku menelusuri wajahnya. Sangat tenang. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia baru saja membunuh seorang pria dengan cara yang biadab. Aku bergidik, gigiku bergemeletuk. Bahkan ketika air menjadi hangat, gigiku terus berdenting, dan mereka tidak berhenti bahkan ketika Remo keluar dari kamar mandi dengan aku masih dalam pelukannya.
Remo berjalan keluar dari sel dan membawaaku melewati koridor. Rasa panik melanda dadaku.
"Persetan," kata seseorang. Seorang pria.