Jay memandang langit penuh dengan pikiran yang menunjuk pada Reyna. Perasaannya tidak karuan dan semakin tidak tenang, dia tidak bisa sedikit saja untuk ada waktu lebih lama dengan teman satunya itu. Jay padahal ingin banyak mengobrol dengan para temannya, jika bukan karena ada masalah sebesar ini menimpa pada temannya, Jay mana mungkin tinggal diam.
"Jay."
Cowok itu beringsut duduk melihat Tyo yang masuk dalam kamarnya. "Iya, Pa." balas Jay yang kini bersila menatap Papa nya.
Tyo duduk berhadapan dengan putera sulungnya. "Kamu pasti lagi mikirin, Reyna."
"Papa, bisa aja nebaknya." Jay sama sekali tidak mengelak, biasanya cowok itu selalu menyanggah setiap kali Tyo mengucapkan hal itu.
Tyo menghela napas sambil tersenyum tipis memegang bahu Jay. "Kamu harus berjuang dan bisa untuk merebut dia dari lelaki itu."
Jay menautkan alis. "Papa, udah tahu masalah dia?" tanyanya heran.
"Iya. Farrel, yang menceritakan semua itu pada, Papa."
"Pantesan tahu." desis Jay pelan.