"Put, percaya sama gue, lebih baik lo tinggal di sini untuk sementara waktu! Sampai lo terbiasa sama gue, lo lihat ketulusan gue, lo bisa cinta sama gue!"
Putri membelalakan matanya mendengar pernyataan yang baru saja terucap dari mulut sialan Satria.
"Memangnya kamu siapa? Kenapa aku harus lakuin itu? Aku nggak mau di sini! Aku mau pulang! Sat, ini itu udah nggak bener! Kamu nggak boleh ngelakuin ini!"
Satria menghela napas berat dan menatap Putri lekat-lekat.
Ia marah mendapati fakta bahwa Putri sudah memiliki kekasih dan berniat serius dengan pria itu, sementara dirinya masih terpaku pada gadis itu dan belum bisa move on.
"Lo tahu, gue bisa aja berbuat nekat, merkosa lo sampai lo hamil anak gue, dan lo nggak akan bisa pergi dari gue selamanya."
Putri tersentak kaget mendengar ucapan Satria.
Bagaimana ia bisa mengatakan sesuatu seperti itu?
Tidakkah itu terlalu jahat?
"Kamu pikir aku ini apa, Satria? Di mana rasa hormat kamu ada perempuan? Kamu itu kejam! Biadap!"