"Coba sekali lagi!" perintah Pak Agus.
Dian melirik guru olahraganya itu sekilas.
Gadis itu menghirup napas dalam-dalam dan dengan konsentrasi penuh, ia mengarahkan bola basket yang ia pegang ke ring. 1. . . 2. . . 3. Dian lemparkan senyaat tenaga bola itu ke sana.
Dan ...
Nihil.
Bola itu tidak masuk ke ring.
Dian melirik Pak Agus tDiant. Ia hanya menggelengkan kepalanya dan menatap Dian tajam.
"Dari dua puluh percobaan, kenapa tidak ada satu pun yang masuk? Percuma kan punya pacar kapten tim basket kalau masukin bola dari jarak sedekat itu aja gak bisa?" gerutu Pak Agus.
Dian nyaris tersedak ludahnya sendiri mendengar omelan Pak Agus. Kok bisa tahu? Apa guru-guru juga suka nge-gosip?
Lupakan.
Percuma punya pacar kapten tim basket Pak Agus bilang? Jadi Dian harus malu atau harus bangga? Kenapa juga bahasnya sampai ke situ?
"Ah, kebetulan. Haikal, sini bentar!" teriak Pak Agus sambil melambaikan tangannya ke sisi lain lapangan.
