"Sakit Zuan, udah pindah ah."
"Shhh—pelan-pelan, jangan di situ."
"Zuan sakit!!!!"
"Stopp. Ahhh sakitttt!!!!"
"Amber diem deh, ini tuh demi kebaikan kamu sayang," kata Zuan sambil mendorong punggung telanjang Amber kembali berbaring ke atas kasur.
"Sakit hiks, jangan sampai merahh," pinta Amber kemudian.
"Lah kok gitu? Harus merah lah!" Zuan menyeringai, dia tidak luluh dengan air mata Amber dan terus melanjutkan kegiatannya. Matanya melihat Amber yang tengah kesakitan membuatnya sedikit menekan tangannya.
"ZUAN IH SAKITT," bentak Amber kesal. Tubuhnya ingin bangun dan menjauh dari pria itu, tapi gagal sebab Amber langsung menaruh kakinya di atas tubuh Amber.
Zuan terkekeh kecil tanpa suara. "Lah, gimana dirimu ini, Yang? Katanya mual, muntah, pusing, mau pingsan, dikerok in dulu biar angin nya keluar!"
Amber memutar bola matanya malas. "Pelan-pelan, Sayang! Itu tuh sakit loh, lagian, yang maksa buat kerok aku itu kamu kan?!" tuduhnya kemudian.