setelah berjam-jam melintasi lautan yang luas. Akhirnya kapal Ferry yang mengangkut para siswa tersebut tiba di pelabuhan Akademi Aeros.
satu persatu para siswa keluar dari pintu keluar kapal Ferry yang dihubungkan dengan jembatan menuju pelabuhan.
"Seifer terima kasih sudah menemaniku dalam perjalanan" Michie dan Seifer berjalan bersamaan menuju lorong keluar kapal Ferry tersebut. Seifer hanya mengangguk, lalu setelah mereka berhasil memijakkan kaki mereka di pelabuhan, akhirnya mereka berpamitan
"kita akan bertemu lagi sebagai teman seangkatan" Seifer memutuskan untuk berpisah dengan gadis cantik itu. itu semua agar tidak ada kesalah pahaman dari orang lain. bukannya tidak mau ia dianggap pasangan dengan Michie, akan tetapi ia lebih memilih menghargai situasi dan mungkin terbersit dalam benaknya ia percaya kalo jodoh itu tidak akan kemana meskipun harus berpisah untuk sementara waktu
para siswa mengantri memasuki gedung pelabuhan seraya kembali menunjukkan surat tanda diterimanya mereka di Akademi Aeros
Seifer telah masuk kedalam gedung Pelabuhan, ia melanjutkan perjalanannya mengikuti rombongan yang lain
kini matanya menangkap sebuah kereta kuda yang berjejer rapih menunggu di pintu keluar masuk utama pelabuhan tersebut. Mungkin jumlahnya ada ratusan. Seifer pun memutuskan untuk segera naik kereta itu agar tidak ketinggalan
namun ketika dirinya hendak menaiki kereta, perutnya tiba-tiba saja merasakan hal yang tidak enak, ia merasakan sebuah panggilan alam yang tidak bisa di tunda-tunda
dengan cepat pemuda bermata biru Aqua itu melesat mencari toilet terdekat.
***
satu jam sudah berlalu sejak kejadian itu
"aahhhh, leganya" Seifer bergumam sendiri, seraya menepuk nepuk perutnya yang kini sudah merasa baikan
"bisa-bisanya sakit perut disaat seperti itu" Seifer berjalan kearah pintu keluar utama. matanya terbelalak kaget ketika menyadari tidak ada satupun kereta kuda yang menunggu disana
Seifer mencoba tenang dan berjalan ke meja resepsionis.
"ada yang bisa kami bantu tuan ?" Resepsionis cantik itu terlihat empati kepada Seifer, suaranya lembut dan enak didengar
"maaf, untuk pemberangkatan menuju kastil utama, apakah akan ada kereta kuda lagi yang akan menjemput ?" Sang Resepsionis mengecek sebuah kertas berisikan jadwal pemberangkatan kereta kuda
"maaf tuan, untuk siang ini tidak ada kereta lagi, mungkin sore nanti baru akan ada lagi" mendengar hal itu Seifer langsung terkejut
"apakah tidak ada cara lain untuk bisa membantuku segera pergi ke Kastil Nona ?" Seifer memohon
"satu-satunya cara hanya menunggu kereta selanjutnya datang tuan"
Seifer nampak lemas, ia berjalan menuju kursi tunggu, ia menunduk lemas berpikir harus bagaimana agar bisa segera masuk kastil
jadwal pembukaan acara dan seleksi Dorm akan segera dimulai beberapa jam lagi
Seifer kemudian bergegas kearah resepsionis lagi mencoba menanyakan hal yang membuatnya penasaran "jika aku harus berjalan kaki, kira-kira seberapa lama aku bisa sampai di lokasi kastil utama ?"
sang resepsionis sedikit kasihan dengan Seifer, kelihatannya ia tidak tega untuk membuka suara, namun melihat Seifer yang seakan memohon ingin tahu jarak tempuh menuju Kastil utama, akhirnya sang Resepsionis menjawab " mungkin 3 jam perjalanan, Tuan"
"itu juga anda harus melewati hutan yang berbahaya dan juga anda harus melintasi lereng gunung satu-satunya dipulau ini, ada beberapa hewan buas yang sengaja dibiarkan hidup oleh pihak Aeros tuan" lanjutnya lagi
𝑆𝑖𝑎𝑙, 𝑡𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑢𝑙𝑎𝑢 𝑖𝑛𝑖 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑙𝑢𝑎𝑠 !!
***
setelah beberapa menit Seifer berpikir, apakah sebaiknya ia menunggu kereta atau melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, akhirnya dengan mantap ia menemukan jawaban
"Demon sepertiku mana mungkin menyerah begitu saja. Seperti sebuah pepatah kuno mengatakan, jiwa yang kuat adalah jiwa yang bisa berjalan kaki ribuan kilometer tanpa ragu sedikitpun !!" Seifer dengan mantap melangkahkan kakinya keluar pelabuhan dan berjalan menuju Kastil yang jaraknya begitu jauh sendirian
matanya tajam seakan tidak ragu sama sekali
ia pun berjalan menuju Utara, tempat Akademi Aeros berada.
***
para siswa telah tiba di depan Kastil megah berwarna putih dengan 2 menara super besar terpasang di kedua sisi Kastil tersebut. mungkin ukuran kastil itu adalah 250 x 250 meter persegi dan tinggi kastil itu bisa berkisar 80 meter
semua orang terperangah melihat bangunan besar yang indah tersebut
"aku akan sekolah disini ?"
"dulu ayah dan ibu ku menempa ilmu disini?"
"ini sangat keren !!"
"semoga aku bisa membanggakan orang tuaku disini"
seluruh siswa nampak antusias
Michie yang telah tiba di Akademi itu hanya bisa dibuat kagum dengan keindahan dan kemegahan kastil itu, ia bersyukur bisa menempa ilmu disini.
gadis itu akhirnya turun dari kereta, ia bersama teman-teman barunya yang baru ia temui dan, diajak ngobrol ketika menaiki kereta memutuskan untuk segera masuk kedalam kastil
Gerbang utama yang sebelum melewatinya harus berjalan menyusuri jembatan berukuran panjang kurang lebih 15 meter itu begitu tinggi, mungkin tinggi Gerbang utama itu 20 kali lipat dari ukuran seorang pria dewasa
ketika melewati Gerbang utama, mereka langsung disuguhkan dengan pemandangan yang luar biasa, mungkin ratusan anak tangga dilapisi karpet merah menjulang tinggi seakan keangkasa.
para siswa menaiki tangga dengan antusias seakan stamina mereka sudah terisi full begitu saja ketika tiba disekolah.
setelah beberapa saat mereka menaiki anak tangga yang kelihatannya tidak berujung. akhirnya mereka tiba dilantai utama Kastil tersebut
2 orang pria mengenakan armor ringan berwarna abu tengah berdiri menunggu para siswa.
mereka memandu para siswa menuju sebuah ruangan yang letaknya lurus terus kedepan dari arah tangga tadi
setelah berjalan cukup jauh, akhirnya mereka tiba disebuah pintu berwarna cokelat yang tinggi yang mungkin 5 kali lipat dari ukuran pria dewasa. pintu itu terbuka dengan sendirinya diikuti dengan suara halus berbunyi *Krek !
Michie dan yang lainnya masuk keruangan yang sangat lega dengan perlahan. meskipun seluruh kelas Satu sudah masuk keruangan itu, rasanya masih terasa luas dan masih terdapat banyak space kosong didalamnya.
didepan Para siswa, nampak sosok tua sedang duduk disebuah singgah sana berwarna emas. sosok itu adalah seorang kakek tua lengkap mengenakan sebuah Armor berwarna ungu. kakek tua itu seharusnya memiliki tubuh yang bungkuk seperti kakek-kakek pada umumnya. namun kakek tua ini terlihat masih memiliki postur yang tegap dan kelihatannya memiliki otot-otot yang kekar
di kedua sisi kakek tua itu berdiri Dua orang mengenakan Armor sedang berwarna abu seraya memegang sebuah senjata berjenis Spear di acungkannya keatas.
"selamat datang, di Akademi Aeros !" kakek tua itu menyambut para siswanya dengan janggut berwarna putih ia tersenyum, membuatnya terlihat berwibawa.
"ijin memperkenalkan diri para murid-muridku, nama ku adalah Orlandu. kepala sekolah Akademi Aeros"
***
Seifer berlari menyusuri Hutan yang begitu lebat, ia melesat dengan cepat, namun rasanya ia terus berputar-putar disekitar tempat yang sama. padahal ia berjalan dengan arah yang lurus tanpa berbelok sedikitpun
akhirnya staminanya telah habis, sudah hampir satu jam ia terus melewati tempat yang sama
ia bisa tahu kalau tempat itu adalah tempat yang sama karena sebelumnya ia telah menandai salah satu pohon berukuran besar dengan goresan menggunakan sebuah batu.
ia terus melewati pohon yang sama, mungkin sudah kesepuluh kalinya ia bertemu pohon itu.
"sial aku tersesat !" Seifer nampak Frustasi, akhirnya ia menjatuhkan diri dan berusaha mengambil sebuah botol minuman yang tersimpan di tasnya, namun sayang ketika ia merogoh tas itu, Seifer menyadari air itu sudah habis setengah jam yang lalu.
Seifer nampak pasrah, ia duduk bersender di pohon besar yang telah ia tandai, ia kebingungan harus berbuat apa.
matanya menoleh keangkasa. mata birunya tiba-tiba saja menangkap sesuatu
"burung hantu ?" ia menggosok-gosok matanya seakan tidak percaya dengan apa yang ia lihat. disiang hari bolong seperti itu ada burung hantu yang sedang terbang di angkasa tepat diatas kepalanya
siluet burung itu tiba-tiba melesat menukik seperti elang menyergap mangsanya kebawah. seakan hendak menerjang Seifer. pemuda bermata Aqua itu terbelalak dan berniat melompat menghindar
namun diluar dugaan sang burung hantu berukuran Raksasa langsung mendarat dengan mulus seakan memiliki beban yang ringan, sayap yang panjang itu ia rentangkan menimbulkan hembusan angin yang langsung menampar Seifer didepannya
burung hantu itu berukuran 3 kali lipat dari tubuh Seifer
"rupanya kau tersesat... Seifer Hyral" burung hantu itu berbicara layaknya seorang manusia. Seifer menelan Saliva tak bisa mengucap sepatah katapun
"namaku Eneru...izinkan aku untuk mengantarmu menuju Akademi Aeros"