Sejemang rasa panas yang ia rasakan pada runggu pipinya masih menempel, Varo menyempatkan diri untuk mengulas senyum miring dengan wajah tertoreh. Mendengar dengan jelas helaan nafas yang tak beraturan dari Laras. Ia mengerti, wanita itu tidak akan merasa senang, namun Varo selalu kecolongan dengan kemauannya sendiri yang diluar batas.
Jujur, Varo membencinya, hal itu menjadi penghalang untuk dirinya sendiri, seolah-olah sebuah pagar yang terbuka sedikit itu kembali akan tertutup dengan sempurna. Membuatnya kewalahan sendiri, berpikir jauh dengan hal lain yang akan ia lakukan sebagai kunci untuk membuka kembali pagar tersebut.
Meski ia tak begitu yakin dengan jawaban yang akan Laras berikan, namun semuanya tetap kembali pada awal tujuannya, ia tak akan mudah dipatahkan oleh ekspekstasi begitu saja, Varo selalu mempunyai cara dan Laras lemah akan hal itu.