Dengan sepasang kaki yang sibuk melangkah mengelilingi ruangan yang tak kecil itu, disusul dengan helaan nafas kecil yang tak berhenti keluar sejak tadi. Tatapan jengah dari sang sekretaris yang sedari tadi hanya duduk menatapnya sembari bermain ponsel tak berhenti memberikan decakan sebal.
"Apa bapak tau? Aku juga mendadak pusing melihat bapak bolak-balik seperti itu. Sebaiknya kau duduk saja, pak."
Entah terhitung sudah yang keberapa kalinya Davin mengeluarkan kalimat itu, namun tetap saja Verga tak berhenti melakukannya.
"Diamlah, ini untuk pertama kalinya aku menemui clien dengan jabatan ku sendiri, tentu saja aku gugup. Terlebih yang kudengar, cabang perusahaannya sudah berada dimana-mana, pasti dia bukan pengusaha sembarangan." Sergahnya, Verga kembali melangkahkan kakinya menyusuri ruangan itu, disusul dengan tangan yang sibuk bermain di dagunya yang bersih sebab Laras selalu rutin mencukurnya setiap dua minggu sekali.