Melody hanya bisa memandangi jasad ibunya yang sudah dibersihkan, rencana akan dimakamkan keesokan harinya di Malang sudah menjadi kesepakatan Panji dam Prasetyo atas persetujuan Melody. Ia masih memegang kertas berisi artikel tentang penyakit ibunya, artikel yang ia baca setelah melihat hasil analisa dokter yang ia belum mengerti, tubuhnya lemas dan tidak bertenaga. Semua terjadi begitu cepat dan tidak ada firasat apapun darinya.
"Mel, makan dulu. Sebentar lag kita jalan." Devina dengan telaten menyuapi Melody yang tidak berhenti mengeluarkan air matanya.
"Gak, Ma." Melody menolak makanan tersebut.
"Kamu gak butuh makan gakpapa, tapi anak kamu yang butuh gizi. Ayo, sedikit aja sayang," ucap Devina mengusap pipinya yang basah lalu menyuapi roti yang sudah dibukanya.
"Ibu…Mama sekarang Mel sendirian," ucap Mel sesenggukan lagi.