Chereads / Fake Nerd CEO / Chapter 27 - Revan jadi Kambing Hitam

Chapter 27 - Revan jadi Kambing Hitam

Revan menggerutu dengan kesal sebab tiba-tiba saja kembarannya dengan seenaknya, menyuruh Revan untuk menggantikan meeting di salah satu restoran padahal itu bukan bagian dari tugasnya.

Reyno terpaksa membatalkan untuk menghadiri meeting, padahal dirinya sendiri yang membuat janji untuk meeting di restoran tersebut. Bukan tanpa alasan ia menyuruh kembarannya untuk menggantikan tugasnya, ketika Reyno baru saja sampai di pelataran restoran, ia melihat dengan jelas mobil milik beberapa kekasihnya terparkir di depan restoran.

"Mereka janjian atau bagaimana, sih? Bisa-bisanya mereka ada di tempat yang sama dari sekian banyak restoran di Indonesia," gerutu Reyno kini memutuskan untuk kembali ke kantor.

"Enaknya punya kembaran, bisa tukeran posisi kapan aja aku mau. Untung saja tadi aku sempat melihat mobil mereka di sana, coba saja kalau tadi aku terlanjur masuk bisa-bisa aku diserang sama mereka, karena beberapa hal ini ngilang dan tidak memberikan jatah yang mereka inginkan," ujarnya sembari menghela nafasnya dengan lega.

Reyno tentu saja dapat mengenali mobil pacar-pacarnya, karena dirinyalah yang membelikan mobil untuk pacar pacarnya. Reyno juga yang memilihkan semua nomor plat agar mudah dikenali.

Kevin keheranan begitu melihat putra sulungnya memasuki kantor kembali, padahal belum lama Reyno keluar dari kantor dan mengatakan hendak pergi meeting, tapi belum ada 1 jam anak sulungnya sudah kembali ke kantor.

"Reyno? Kenapa kamu kembali lagi? Apa ada yang tertinggal?" tanya Kevin.

"Hehe aku tidak jadi berangkat meeting," ujar Reyno membuat sang papa mengerutkan keningnya.

"Kenapa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Kevin membuat Reyno menyengir.

"Hehe kebetulan perut aku sakit makanya aku tidak jadi meeting, tapi papa tidak perlu khawatir karena aku sudah menyuruh Revan untuk menggantikanku," ujar Reyno tak membuat Kevin percaya begitu saja.

"Jangan coba-coba untuk membohongi papa, jangan sampai papa menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi," ancam Kevin yang sangat mengenal yang betul bagaimana gelagat putra sulungnya ketika sedang berbohong.

"Hehe jangan gitulah, iya-iya aku jujur. Soalnya di restoran tempat kita meeting, ada pacar-pacarku di sana. Aku tidak mungkin menampakkan batang hidungku di sana, bisa-bisa mereka mengintrogasi aku karena menghilang selama beberapa hari," ujar Reyno mengatakan yang sebenarnya.

"Jadi pacar-pacar kamu ada di sana?" tanya Kevin yang diangguki oleh Reyno.

"Lantas kamu menjadikan adik kamu sebagai korban? Kamu menjadikannya sebagai kambing hitam? Benar-benar keterlaluan, bagaimana kalau nanti dia yang diserang sama pacar-pacarmu itu? Apa kamu tidak kasihan dengan adikmu? Kenapa kamu bisa seegois itu? Wajah kalian berdua itu sangat mirip, bahkan dari postur badan juga mirip, mereka pasti akan menyangka kalau Revan itu adalah kamu, papa tidak bisa membayangkan apa yang terjadi selanjutnya dengan adikmu," omel Kevin sembari memijat pelipisnya, kepalanya selalu dibuat pusing menghadapi kelakuan ke dua anak laki-lakinya.

"Ya sudah kalau begitu aku ke ruanganku dulu," pamit Reyno.

"Huh, susahnya punya dua anak laki-laki sekaligus kayak gini, yang satunya suka sekali bikin masalah dan yang satunya lagi nurut aja padahal lagi dimanfaatin," keluh Kevin.

Karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, akhirnya Kevin memutuskan untuk menyusul putra bungsunya di restoran. Jangan sampai para kuntilanak menyerang Revan yang tidak bersalah, kalau terjadi sesuatu yang buruk dengannya bisa-bisa dirinya juga bakal kena omel dari sang istri.

Revan sudah duduk di salah satu meja yang dipesan oleh kembarannya, tinggal menunggu para klien datang saja. Dirinya memang datang beberapa menit sebelum jam yang tentukan, tapi memang Revan lebih suka datang lebih awal daripada tidak tepat waktu.

"Kenapa kliennya lama sekali, ya?" gumam Revan.

"Reyno?"

Revan tidak mendongakkan kepalanya karena merasa namanya tidak dipanggil, walaupun ia bisa merasakan kehadiran seorang wanita yang kini berdiri di samping mejanya.

"Reyno? Sayang, kamu ke mana aja, sih? Kenapa tidak kelihatan beberapa hari belakangan ini? Kamu juga sangat susah dihubungi, ada apa?" tanya wanita tersebut kemudian dengan seenaknya mengambil duduk di hadapan Revan.

"Maaf, anda salah orang," ujar Revan.

"Salah orang bagaimana maksud kamu? Apa kamu lupa kalau aku ini kekasihmu, kenapa kamu mengabaikanku beberapa hari ini? Apa aku punya salah sama kamu?" tanyanya.

"Sudah ku katakan anda salah orang dan saya bukan orang yang anda maksud," ketus Revan yang mulai tidak nyaman didekati oleh orang asing.

"Kamu kenapa jadi seperti ini, sih? Kamu berubah tahu enggak? Kamu tidak seperti dulu lagi, katakan kalau memang aku ada salah sama kamu? Nanti aku bisa memperbaikinya, tapi kamu jangan hilang begitu saja," keluhnya sembari mencoba meraih sebelah tangannya Revan.

"Don't touch me! Anda salah orang, jadi lebih baik anda pergi dari meja saya," usir Revan.

"Permisi, saya mau mengantarkan pesanan atas nama, Reyno." Pelayan restoran mengantarkan minuman pesanannya Revan.

"Tuh pelayan saja mengatakan kamu itu, Reyno.Kkenapa kamu masih menyangkalnya? Kamu mau coba-coba untuk membohongi aku?" kesalnya.

Revan tidak tahu lagi harus menggunakan cara apa, untuk mengusir wanita berisik di hadapannya. Tidak mungkin dirinya membuat keributan di tempat umum, Revan bukan orang yang tidak berpendidikan seperti itu.

"Reyno?" panggil seseorang.

Lagi-lagi ada wanita cantik yang datang menghampiri Revan, sembari berkacak pinggang. Entah mimpi buruk apa dirinya semalam, bisa ketiban sial dikerjai oleh kembarannya.

"Reyno? Tak kusangka kita akan bertemu di sini, kenapa kamu susah sekali dihubungi, sih? Padahal aku ingin mengajak kamu jalan-jalan ke luar negeri, tapi kamu seperti menghilang begitu saja. Kenapa?" tanya seorang wanita asing lagi.

Revan mengumpat di dalam hati karena dikelilingi oleh orang-orang yang tidak dikenalnya, ia mengutuk kembarannya dan berjanji tidak akan pernah memaafkannya kalau sampai wanita-wanita yang mengelilinginya berbuat yang terlalu jauh pada Revan.

"Kalian salah orang, sudah saya katakan berkali-kali saya bukan Reyno. SAYA BUKAN ORANG YANG KALIAN CARI!" Revan menekankan setiap perkataannya, karena wanita-wanita yang mengelilinginya tidak juga mengerti apa yang ia katakan.

"Reyno? Reyno, benarkah ini kamu, sayang? Kamu dari mana saja, sih? Aku itu bingung banget loh nyariin kamu?"

Datang lagi wanita asing di mana Revan sudah mengetahui, bahwa wanita-wanita tersebut adalah pacar dari kembarannya. Entah berapa banyak lagi setelah ini wanita-wanita yang menghampirinya, kenapa juga mereka harus mempunyai wajah yang sama persis hingga sering sekali membuat orang lain salah paham.

"Kalian ini siapa?" tanya wanita yang pertama kali menghampiri Revan.

"Saya pacarnya, Reyno."

"Aku juga pacarnya, Reyno."

"Ha? Apa-apaan ini, jadi kamu punya pacar lebih dari satu? Bisa-bisanya kamu menghianatiku?" geramnya.

"Benar itu? Reyno, jadi selama ini kamu selingkuh di belakangku? Aku benar-benar tidak menyangka, mana yang katanya kamu janji mau nikahin aku? Semuanya bulsyit tahu enggak!"

"Dasar playboi cap kadal!"

Salah satu wanita tersebut mengambil minuman di meja, ketika dirinya hendak mengguyurkan minuman tersebut di kepalanya Revan. Tiba-tiba seseorang datang dan berdiri di depan Revan, sehingga seseorang tersebutlah yang menjadi korban keganasan para wanita.

BYUUURRRR!!!

JANGAN LUPA TINGGALKAN

VOTE DAN COMENT NYA YAAA

TERIMAKASIH!!