Lagi asyik-asyiknya ghibah sama anak-anak se tongkrongan, tiba-tiba semuanya bubar dan mereka berlari menuju halaman depan. Ratu tentu saja heran dengan apa yang terjadi, kebanyakan yang lari ke halaman depan teman-temannya yang cewek.
"Sebenarnya ada apa, sih? Kayak mau lihat artis aja," heran Ratu.
"Bisa jadi yang datang emang artis, gimana kalau kita ikutan mereka melihat ke depan?" saran Andin.
"Males ah, palingan mereka juga lagi berburu kupon gratis," ujar Ratu sembari memainkan handphonenya.
"Tapi aku penasaran deh, ayo kita lihat ke depan," ajak Naila pada teman-temannya.
"Lah kalian berdua mau ninggalin aku? Tega bener, masa iya aku sendirian di sini?" protes Ratu sembari menekuk wajahnya.
"Ya makanya ayo lihat ke depan," bujuk Naila akhirnya mau tidak mau Ratu ikut bersama teman-temannya.
"Eh ada apa, sih?" tanya Naila pada salah satu teman sekolahnya.
"Itu katanya lagi ada tamu, seorang CEO muda dari sebuah perusahaan ternama di Indonesia. Aku tadi sempat melihat sekilas waktu di parkiran, orangnya ganteng banget deh. Nyesel kalian berdua kalau tidak melihatnya, buruan sana lihat," ujarnya.
"Ah jadi penasaran deh, kayak apa sih cowoknya?" gumam Naila.
Mereka bertiga menuju ke halaman depan, di mana sudah banyak sekali anak-anak yang berkumpul di sana, terutama cewek-cewek centil yang tidak sabar untuk berkenalan dengan CEO muda tersebut.
Mereka bertiga menyempil di antara banyaknya siswa dan siswi yang berkerumpul di sana, Ratu bisa melihat dari belakang laki-laki yang menggunakan setelan pakaian serba hitam.
"Kalau dilihat dari belakang kayaknya aku kenal itu cowok?" gumam Ratu membuat teman-temannya menoleh padanya.
"Seriusan kamu kenal? Emangnya siapa itu?" tanya Andin.
"Tidak tahu, kan aku belum lihat wajahnya," ujar Ratu.
CEO muda tersebut jalan-jalan berkeliling melihat-lihat setiap ruangan, mendapat sambutan yang spesial dan dipandu langsung oleh sang kepala sekolah.
"Jadi bagaimana kesan-kesannya, setelah anda melihat seluruh ruangan yang ada di sekolahan ini?" tanya sang kepala sekolah.
"Sekolahannya bagus dan saya tertarik untuk menanam saham di sini, saya hanya ingin melihat-lihat saja tanpa ingin merubah apapun di sini," ujar sang CEO.
"Terima kasih sudah menyetujui berkas-berkas kami, saya jamin anda tidak akan rugi karena sudah menanam saham di sekolahan ini," terang sang kepala sekolah.
"Maaf, sepertinya saya tidak bisa lama-lama berada di sini. Saya masih harus kembali ke kantor," ujarnya.
"Iya tidak masalah pak Revan, anda pasti sangat sibuk dengan pekerjaan di kantor. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk mampir ke sekolahan ini, semoga lain kali kita dapat mengobrol lebih lama lagi." Sang kepala sekolah mengantarkan CEO muda tersebut menuju parkiran.
"Apa benar tidak ingin makan bersama terlebih dahulu? Atau sekedar ngopi bersama?" tawarnya.
"Tidak terima kasih, saya harus segera kembali ke kantor, kalau begitu saya pamit permisi dulu." Revan yang hendak membuka pintu mobilnya, tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan oleh beberapa siswi yang ingin berkenalan dengannya.
"Hey ada apa ini?" tanya sang kepala sekolah yang heran melihat anak-anak muridnya berkerumun di sekitarnya.
"Pak, kami ingin berkenalan dengan pria tampan itu. Biarkan kami berkenalan sebelum dia pergi," pintanya.
"Aiss kalian semua ini malu-maluin aja, pak Revan ini adalah tamu kehormatan di sekolahan ini. Jadi kalian tolong jangan bikin malu saya," tegur kepala sekolah.
"Aelah, kita kan cuma pengen kenalan sebentar, setelah itu kita tidak akan mencegahnya pergi lagi." Beberapa murid masih terus memaksa mengajak berkenalan sang CEO.
"Kalian semua bisa minggir dari sini? Kalian berdiri menghalangi mobil saya," tegur Revan pada bocil-bocil dihadapannya.
"Bisa kali kalau kita kenalan dulu, masa iya anda tidak mau menyapa murid-murid yang ada di sini? Padahal ceweknya cantik-cantik semua loh," ujarnya.
"Maaf, tapi saya tidak ada urusan dengan kalian semua. Kalau kalian masih tetap menghalangi jalan mobil saya, terpaksa saya akan berbuat kasar," ancam Revan membuat siswa-siswa yang berkerumun di sana perlahan-lahan bubar.
"Huuuu padahal cuma pengen kenalan aja, dasar pria sombong," cibir beberapa murid yang yang gagal berkenalan dengan CEO tampan.
Ratu sedari tadi mengamati dari jauh, perlakuan calon suaminya terhadap beberapa murid yang mengajaknya berkenalan. Benar-benar dingin dan tidak ada ramah-ramahnya, padahal ciwi-ciwi itu hanya mengajaknya berkenalan tidak lebih.
"Kenapa pula dia bisa ada di sini?" gumam Ratu.
Saat jam istirahat Ratu diam-diam menelpon calon suaminya, sesuai dengan perintah orang tuanya untuk mengajak makan malam bersama. Terpaksa sekali yang melakukannya, daripada nanti uang jajannya yang malah dipotong.
"Manusia Es"
"Halo."
"Huh, kenapa lama sekali sih mengangkat teleponnya? Kebiasaan banget deh heran."
"Bukan urusan kamu."
"CK dari dulu bukan urusan aku terus? Terus kapan jadi urusan akunya? Sebentar lagi kita akan menikah, itu berarti urusan kamu urusan aku juga, begitupun sebaliknya."
"Tolong berbicara sesuai dengan intinya, karena saya tidak punya banyak waktu."
"CK orang tua aku ngundang kamu untuk makan malam bersama di rumahku, jam 7 malam dan jangan sampai terlambat."
"Ha? Dalam rangka apa?"
"Ya mana aku tahu, mereka cuma berperan seperti itu. Tapi kalau kamu tidak mau datang juga tidak masalah, jadi semua makanan bisa aku habiskan sendiri."
"Saya tidak bisa janji."
"Aiss ya udahlah terserah kamu, pokoknya aku udah nyampein ke kamu. Btw kamu tadi ngapain datang ke sekolahan aku?"
"Sekolahan kamu? Di mana?"
"Ya tadi kamu baru saja datang ke sekolahan aku, memangnya kamu lupa sekolahan aku ada di mana?"
"Terserahlah, kalau sudah tidak ada kepentingan lagi saya tutup teleponnya."
"Eh kamu belum jawab pertanyaan aku tadi?"
"Bukan urusan kamu."
Ratu yang emosi seketika membanting handphonenya namun di atas sofa, kenapa takdir seakan-akan mempermainkannya. Punya calon suami tapi benar-benar seperti tidak menganggapnya sama sekali, bahkan sikapnya dari awal kenal sampai sekarang masih saja dingin.
"Kalau terus menerus kayak gini, apa mungkin aku bisa betah satu rumah dengannya nanti?" gumam Ratu.
"Satu rumah dengan siapa?" sahut Andin ya tiba-tiba sudah ada di belakangnya Ratu.
"Ha? Sejak kapan kamu ada di sana?" panik Ratu.
"Aku baru saja di sini, tadinya aku nyariin kamu ke mana-mana taunya malah asyik teleponan. Kenapa sih teleponan harus sembunyi-sembunyi di tempat kayak gini?" heran Naila.
"Ya memangnya kenapa? Aku cuma tidak ingin ada anak-anak yang gangguin aku lagi telepon," terang Ratu berusaha untuk tidak gugup di hadapan sahabatnya.
"Lantas siapa yang kamu bilang tinggal satu rumah? Memangnya kamu mau tinggal sama siapa? Apa kamu sudah tidak tinggal lagi dengan orang tuamu?" tanya Naila bertubi-tubi.
JANGAN LUPA TINGGALKAN
VOTE DAN COMENT NYA YAAA
TERIMAKASIH!!
"