Aku mulai mempertanyakan keseriusan Ammar terhadap diriku. Dia ternyata tidak memilih aku dan lebih memilih untuk bersama dengan istrinya. Dia membela diri, bahwa tidak akan berkomunikasi dengan wanita lain atau berpacaran dengan wanita lain karena dia sudah pusing untuk memilih istrinya atau aku. Akhirnya, aku harus mundur dan mulai move on untuk meninggalkan Ammar dalam kehidupan ku. Aku yakin aku akan kalah jika aku harus bersaing dengan istrinya. Dia sudah memiliki anak. Aku tidak pun tertarik menikah dengan lelaki yang tidak bertanggung jawab. Aku tidak ingin juga menjadi pelakor. Aku mundur akan lebih baik daripada semua pihak akan menyalahkan aku atas hubungan terlarang ini. Aku membatasi komunikasi hanya terbatas pada hal hal yang penting saja yaitu mengenai pekerjaan. Aku mencoba untuk tegar dalam menghadapi problematika kehidupan ku untuk urusan percintaan ini. Aku kembali harus menata semangat bku dalam menjalani kehidupan dan ternyata aku tidak mampu hidup seorang diri tanpa adanya Ammar disisiku. Aku mulai membayangkan bahwa Ammar akan menyerah kalah dan kembali datang untuk menjadi kekasih ku lagi. Entah seperti apa masa depan ku nanti jika ternyata dia benar-benar kembali kepada istrinya dan tidak ingin bersama ku lagi. Satu kali konflik ini memang tidak membuktikan apapun juga. Dia tidak terbukti selingkuh dari diriku dan aku juga tidak terbukti menjadi seseorang yang ingin dia pertahankan dan akhirnya dia lebih memilih untuk bertahan dengan rumah tangganya yang sempat pecah walaupun hanya sementara saja. Aku bukan pelakor dan aku ingin melepaskan dia kepada pasangan resminya saja. Itulah logika yang bisa aku gunakan , demi kebaikan anak nya tercinta.