Chereads / Pelayan Cantikku / Chapter 25 - Sosok Pangeran Parker

Chapter 25 - Sosok Pangeran Parker

Azura terjerembab jatuh ke belakang. Gadis itu sangat terkejut. Ia menatap ke arah Lunar dengan pandangan tak percaya. "Lunar… Bagaimana bisa… Kamu…"

"Kenapa? Aku sudah mengatakan kepadamu sebelumnya, bukan? Kamu ini tidak pantas untuk berada bersama dengan kami. Maka dari itu, jangan pernah berpikir kalau posisimu ini sama seperti kami!"

Terus terang saja, Azura sangat terkejut dengan keadaan ini. Akan tetapi, gadis itu tetap berusaha untuk berdiri. Tidak ada waktu lagi untuk ini semua. Dia memang harus memerangi mereka, para kaum bangsawan yang selalu saja menganggap dirinya tinggi!

"He? Berani-beraninya kamu memandang kami dengan tatapanmu ini, hah?" kata Lunar menyemprot.

Azura menyeringai. "Memangnya kenapa? Bukankah kamu dulu yang menatapku dengan tatapan yang kejam? Bukannya kamu dulu yang sudah membuatku jatuh?"

"Untuk ukuran pelayan, bibirmu ini sangat berani! Kamu tidak sadar dengan kondisimu sekarang ini, hah?!"

"Memangnya kenapa? Aku tahu kalau sekolah ini memang didirikan untuk orang sepertimu. Akan tetapi, aku tak pernah meminta untuk berada di sini. Kenapa juga kamu memarahiku? Seolah-olah sekolah ini milikmu saja!"

Saat itu, Azura berlalu meninggalkan segerombolan perempuan tersebut. Akan tetapi, tanpa diduga-duga Lunarr malah memegang tangan Azura. Azura berbalik seketika. Ketika itulah, tangan Lunar hendak menampar Azura, secepat kilat dan entah datang dari mana Pangeran Parker ada di antara mereka.

Lelaki tersebut tiba-tiba saja datang. Ia tersenyum kepada Lunar, "Hei, tanganmu ini bisa menyakitinya."

Lunar menarik tangannya dengan cepat. Ia mendelik kepada Azura. Lalu menghempaskan tangannya.

Dengan sikapnya yang sangat amat menjijikan, Lunar membela dirinya sendiri. "Aku tidak suka dengan sikap Azura. Ayolah, Pangeran Parker. Kenapa Raja memerintahkan makhluk rendahan ini masuk ke sini?"

"Aku tahu kalau seluruh asrama ini tak menyukai keberadaan Azura. Namun, inikah pelajaran etika yang kalian dapatkan di kelas? Kurasa, guru-guru selalu mengatakan untuk menghormati sesama dan juga berperilaku adil."

Lunar mendengus. Wajahnya jelas kontras. Ia tak suka. "Ayolah, Pangeran Parker. Siapa juga yang mau menghormati perempuan ini? Maksudku, dia sangat menyebalkan. Melihatnya saja seakan melihat tungau. Membuat gatal!"

Azura menilik tubuhnya sendiri. Apakah dia semenjijikan itu? Apakah dia sejelek itu? Apakah dia memang tak layak berada di asrama ini?

Pangeran Parker berkata pelan, "Aku tidak ingin memperumit pembicaraan ini. Aku hanya ingin supaya tidak ada lagi perkelahian antara kalian semua. Dengan jelas aku katakan, Azura adalah pelayan Pangeran Ansell. Dia juga berhak mendapatkan fasilitas sekolah ini. Jadi, aku tak ingin melihat adanya pertengkaran antara kalian. Mengerti?"

Mereka semua manggut manggut. Sedangkan Lunar, bangsawan yang cantik itu hanya mendecih.

Berikutnya, Pangeran Parker membawa sosok Azura untuk pergi dari sana.

Lelaki tersebut mendudukkan sosok Azura di sebuah kursi pada taman yang terletak di sisi kelas. Pangeran Parker duduk di samping Azura. Seketika itu, Pangeran Parker menyentuh tangan Azura dengan lembut. Ia memegang telapak tangan Azura.

Terlihatlah bekas goresan piring yang menyayat telapak tangannya. Lelaki itu mendesis, seakan ia juga merasakan rasa sakit yang sama. "Ya ampun… tidak semestinya dia bersikap kasar kepadamu."

Azura meringis, merasakan sakit. "Tidak apa-apa…"

"Kamu mengenalnya?" tanya Pangeran Parker.

Azura mengangguk perlahan. "Mmm. Dia adalah teman sekamarku."

"Ah, ternyata dia teman sekamarmu. Aku tidak menyangka, orang yang memburumu adalah teman sekamarmu sendiri."

"Kalau Pangeran Parker sendiri? Mengenalnya?"

"Ya. Aku juga mengenal Lunar. Dia satu kelas denganku."

Azura hanya mengiyakan. Ternyata, Lunar cukup pintar. Terbukti dia sudah berada di Kelas Menengah.

Entah datangnya dari mana, Pangeran Parker mengeluarkan sebuah botol minum yang berisikan air mineral. Ia membasuhkan luka Azura.

Rasa perih menyelubungi telapak tangan Azura saat air mineral mengalir di telapak tangannya. Pangeran Parker melihat Azura yang menegang dan agak kesakitan, lelaki itu segera berkata. "Tenanglah. Ini mungkin terasa sakit bagimu. Tetapi ini lebih baik dibandingkan kamu terkena infeksi."

Azura menggigit bibir bawahnya, menahan rasa ngilu yang menjelma.

Berikutnya, Pangeran Parker mengeluarkan plester dari sakunya. Lalu menempelkannya kepada telapak tangan Azura. "Lihat? Begini sudah selesai, kan?" tanya lelaki itu.

Azura tersenyum. "Terima kasih banyak, Pangeran Parker. Tidak semestinya Pangeran merawatku."

"Tidak masalah, lagipula ini juga tanggungjawabku. Ayah mengirimkanmu ke sini, tanpa memikirkan konsekuensi yang bisa terjadi kepadamu."

Azura membungkukkan badannya sebagai rasa terima kasih yang mendalam. Berikutnya, ia hendak kembali ke kelas.

Akan tetapi, tanpa disadari oleh Azura, sosok Pangeran Ansell juga ada di sana. Lelaki itu memandang ke arah Pangeran Parker dan juga Azura. Lelaki itu meremas tangannya sendiri, yang memegang sebuah plester di tangannya.

Mendadak, Pangeran Ansell menjadi geram. Entah geram kepada siapa, dia juga tidak tahu. Yang jelas, Pangeran Ansell tidak suka melihat Azura bersama dengan Pangeran Parker.

* * *