"Kau bersedia?"
Seketika Ellena terkejut mendengar pertanyaan Lucas. Namun, tak lantas membuatnya menanggapi. Dia masih berusaha mempertimbangkan keputusan apa yang harus diambilnya. Sebab, butuh pemikiran matang untuk sebuah pernikahan yang menurutnya sangat serius.
"Tolong beri saya kesempatan untuk berpikir, Pak," desis Ellena.
"Bagaimana bisa kau meminta kesempatan, sementara aku sudah tidak memiliki banyak waktu?" balas Lucas.
"Tapi, bagaimana dengan ibu dan kekasih saya, Pak?" tanya Ellena yang jelas khawatir dengan ibunya, pun dengan kekasihnya di desa.
"Bukan urusanku!" sergah Lucas. "Aku hanya perlu melunasi utang dan menanggung biaya hidup keluargamu. Itu pun kalau kau bersedia menikah denganku. Selebihnya, kau atur sendiri!" imbuhnya makin mempertegas nada bicaranya.
"Tapi, Pak—"
"Aku tidak suka menunggu. Kalau kau bersedia, katakan sekarang juga!" potong Lucas tak memberi Ellena kesempatan memprotesnya.
Ellena mulai berpikir kembali, sepertinya menikah dengan Lucas bukanlah hal yang buruk, terlebih lagi pernikahan mereka hanyalah sebatas perjanjian. Bukankah dia akan mendapat keuntungan besar dari pernikahan ini? Selain utang ayahnya akan segera terlunasi, hidup keluarganya pun akan terjamin dan dia tidak perlu lagi khawatir dengan biaya sekolah adiknya.
Ellena tak memiliki banyak waktu untuk berpikir. Yang terpenting saat ini adalah dia bisa lepas dari uang ganti rugi dengan jumlah yang tidak sedikit baginya. Dia juga akan memberitahu Keenan saat waktu yang tepat, berharap Keenan akan mengerti dengan kondisinya saat ini.
"Baik, Pak, saya bersedia."
Dengan perasaan ragu dan terpaksa Ellena menerima tawaran Lucas. Anggap saja ini sebagai pengorbanan yang dia persembahkan untuk keluarganya. Hanya ini yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan hidup ibu dan adiknya, ketika dia tidak bisa bekerja dan mencari uang sendiri untuk membantu mereka.
"Baiklah, sekarang kau harus ikut denganku!" balas Lucas, lalu segera bergegas masuk ke dalam mobil. "Kenapa kau masih berdiri di situ? cepat masuk!" titahnya, saat melihat Ellena masih bergeming di tempatnya.
"Ta-tapi, Pak. Bagaimana dengan motor ini?" Ellena menunjuk motor milik Filia yang masih tergeletak dalam kondisi yang mengalami kerusakan.
"Aku akan meminta orang untuk mengurus motor itu. Sekarang cepat kau masuk! Aku tidak suka menunggu!" tegasnya.
Dengan sigap, Ellena langsung masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam, entah ke mana Lucas akan membawanya pergi.
Ellena sudah memutuskan untuk menerima tawaran itu dan sudah seharusnya dia mematuhi perintah Lucas. Mungkin ini akan menjadi awal dari penderitaan yang akan dia alami selama enam bulan ke depan, selama menjadi istri kontrak Lucas.
***
Mobil yang Lucas kendarai tampak berhenti di sebuah butik ternama di kawasan Jakarta Selatan. Tanpa banyak bicara Lucas segera memasuki butik itu.
Ellena tahu apa yang harus dia lakukan. Cukup mengikuti kemana kaki Lucas melangkah.
Tampak beberapa karyawan butik yang menyambut kedatangan mereka dengan ramah dan senyuman merekah.
"Keluarkan semua gaun pengantin yang kalian miliki, dan berikan gaun terbaik untuknya!" tegas Lucas tanpa berbasa-basi.
Semua karyawan butik seakan-akan sudah mengerti dengan perintah Lucas, lalu segera melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Sementara itu, Lucas fokus dengan ponselnya sambil duduk bersandar di atas sofa yang sengaja didesain rapi di ruang tunggu.
Beberapa karyawan mulai sibuk mencari gaun pengantin terbaik yang sudah tersedia di butik, sementara satu orang karyawati tampak membantu Ellena mengganti fitting gaun pengantin satu persatu.
"Bagaimana, Pak?" Tanya seorang karyawati seraya menunjukkan Ellena yang sudah memakai salah satu gaun yang mereka pilihkan.
Lucas yang sedang sibuk dengan ponselnya seketika mendongak. "Ganti!" titahnya, lalu kemudian kembali fokus dengan ponsel di tangannya.
Entah sudah gaun ke berapa yang Ellena coba, tetapi tidak ada satu pun yang sesuai dengan pilihan Lucas.
"Apa hanya ini gaun yang kalian miliki?" Sebuah pertanyaan yang cukup membuat karyawan yang ada di butik itu menciut.
Sikap Lucas kali ini membuat Merry—manajer butik— tampak angkat bicara. "Sebenarnya ... kami memiliki satu lagi gaun terindah rancangan disainer butik kami, Pak. Tetapi—"
"Cepat keluarkan dan berikan untuknya!" potong Lucas tanpa memberi kesempatan Merry untuk menjelaskan lebih lanjut tentang gaun itu.
"Tapi, Pak, gaun pengantin itu adalah pesanan salah satu pelanggan di butik kami dan akan dia pakai untuk pesta pernikahannya," jelas Merry memberi tahu.
"Saya akan membayar lima kali lipat dari harga yang kalian berikan kepada pelanggan kalian." Bahkan, Lucas tidak peduli berapa banyak uang yang harus dia keluarkan untuk gaun pengantin itu.
Seketika Merry dan para karyawannya saling beradu pandang mendengar ucapan Lucas yang begitu mengejutkan, tak terkecuali Ellena. Ya, tentu mereka sangat terkejut dengan tawaran harga gaun yang sangat fantastis.
Merry pun memutuskan untuk menjual gaun itu dengan harga yang diberikan oleh Lucas, karena sungguh itu akan memberi mereka keuntungan yang sangat besar.
"Kalian tidak tahu siapa saya?" Lucas tampak membulatkan tatapannya.
Tentu saja mereka semua tahu siapa Lucas. Pemilik perusahaan terbesar di Indonesia yang bergerak di berbagai bidang dan sudah memiliki cabang di beberapa negara. Wajah dan namanya yang sering muncul di media masa, mana mungkin mereka tidak mengetahui semua hal tentangnya.
Melihat tatapan Lucas, Merry segera mengambilkan gaun pengantin yang dimaksud, lalu menunjukkan langsung kepada Lucas.
"Bagaimana, Pak? Gaun ini sangat indah dan elegan, sepertinya akan sangat cocok dengan Nona ini," ucap Merry sambil memegang sebuah mermaid dress berwarna putih dengan hiasan aksen payet di bagian lekuk badannya, sehingga makin terlihat catik dan mewah, tetapi tetap terkesan elegan.
"Bantu dia mencoba gaun itu!" pinta Lucas lagi.
Hanya dalam waktu singkat, Ellena dan salah satu karyawan yang membantunya tampak sudah berdiri kembali di hadapan Lucas.
Lucas mulai meperhatikan bagian bawah gaun pengantin yang dikenakan Ellena, lalu tatapannya berlanjut ke atas hingga membuatnya bangkit seolah-olah terhipnotis oleh wajah Ellena yang tampak begitu cantik mengenakan gaun pengantin itu. Namun, baru saja Lucas akan tersenyum senang, tiba-tiba ekspresinya berubah kecut.
Lucas tampak menggertakan rahangnya, ketika mendapati wajah Ellena yang tiba-tiba berubah menjadi bayangan Selena, mantan kekasihnya. Seketika dia teringat kembali dengan gaun yang kini melekat di tubuh Ellena. Setelah dia amati kembali, sepertinya gaun itu tidak asing baginya.
Ya, itu adalah gaun yang dipilih Selena. Beberapa hari lalu, Selena sempat mengirim foto gaun itu kepada Lucas, sekadar meminta pendapat dan persetujuan mengenai gaun yang dipilihnya. Lucas yakin bahwa itu adalah gaun yang sama dengan foto yang dikirim oleh Selena.
Selama ini, Lucas memang memberi kepercayaan penuh kepada Selena mengenai pernikahan mereka. Dia meminta Selena yang mengatur segalanya, mulai dari baju pengantin, surat undangan termasuk gedung dan kebutuhan lainnya pun dia serahkan kepada Selena. Bahkan, pakaian yang akan dia kenakan pun, dia meminta Selena yang memilihkannya. Selain karena kesibukannya di kantor, dia juga ingin semua hal mengenai pesta pernikahannya sesuai dengan impian Selena. Dia tidak akan membantah apa pun yang di inginkan oleh Selena.
"Lepaskan gaun itu!"