Paula benar-benar keringat dingin saat itu. Dia yang sudah mengatakan pada Tabib yang ada di sampingnya agar tak mengatakan apapun pada Allail, malah Allail yang mencari tahu dengan menggunakan orang lainnya.
"Kumohon, jangan biarkan dia datang dan memeriksanya. Aku mohon!"
"Silahkan!" Kata Allail pada tangan kanannya yang kala itu sudah hampir sampai di depan Rea yang masih tertidur itu.
"Kumohon jangan!" Paula pun menutup matanya saat tangan kanan Allail itu hampir saja menyentuh Rea. Tiba-tiba...
Brak!
"Yang mulai, maaf hamba lancang. Tapi, sekarang kita harus segera menyusun strategi karena yang tadi Yang mulia katakan, semuanya itu benar. Sekarang, utusan yang tadi Yang mulia lepaskan itu malah kembali dengan para bala tentara yang siap berperang, lengkap dengan zirah mereka masing-masing."