"Tak bisa berjalan?" Hati kecil Lascrea seperti berteriak saat pria tampan yang kala itu sedang berada di hadapannya itu mengatakan hal itu padanya. Seketika, ia mengingat kembali apa yang tadi mereka lakukan dengan agresifnya itu, dia pun langsung menyembunyikan wajahnya yang sudah terbakar bagaikan kue beras panas yang batu saja keluar dari panggangan ke dalam dada Allail dan memeluknya dengan erat.
"Oh astaga, wanitaku ini sangat imut," pikir Allail dalam hatinya sambil membelai punggung Lascrea dengan lembut.
"Sayang, apa yang kau malukan? Kita sudah melakukan semua itu berkali-kali. Apakah kau masih malu dengan apa yang sudah kita lakukan itu?"
Allail tak bisa menahan senyuman yang ada di wajahnya itu. Dia sangat bahagia. Saking bahagianya dia, dia merasa seperti dia tak membutuhkan apa-apa lagi. Cukup Lascrea, wanita yang dia cintai, wanita yang telah memekarkan bunga di hatinya yang tandus dan gersang.