"Sialan! Sampai kapan aku harus menunggu dan terus memercayai omong kosong mu yang selalu berbohong itu? Apa kamu kali ini sedang mempermainkan ku lagi seperti di masa lalu? Butuh berapa lama lagi aku menunggu?! Persetan, aku benar merasa sangat kesal kepadamu! Lama kelamaan, aku tidak bisa lagi memercayai semua ucapan mu! Apakah di sana kamu bersenang-senang sampai-sampai kamu lupa tentang janji yang telah kamu janjikan kepadaku?" umpat salah seorang dengan penuh kekesalan dan juga amarah di setiap katanya.
Napas orang itu terputus-putus, menandakan bahwa emosinya telah tersulit sampai ke level di mana ia sudah tidak mentolerir nya lagi.
Di sisi lain, manakala mendengar serentetan kalimat umpatan yang ditujukan kepadanya itu, Beck langsung menjauhkan ponselnya dari telinganya. Jika tidak, gendang telinganya bisa saja pecah karena suara nyaring itu.