Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Hening Bersuara

Firstraha_cleanida
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.1k
Views
Synopsis
Aku mahasiswi yang berusaha untuk kuat mempertahankan hidup. memotivasi diri sendiri dalam diam. semua terpendam begitu saja. tsk berani mengungkapkan akan takutnya durhaka pada kedua orangtua. panggil aja aku Nadia. sejak kecil bisa dibilang kebahagiaan mungkin bisa terhitung selama 20 tahun aku berhasil melewati fase tetap ada di dunia. cerita keluarga,percintaan, dan persahabatan baik versi bahagia maupun tangisan akan ku rangkum di cerita ini hingga aku bisa membuktikan pada kedua orang tuaku akan masa depan yang sukses. tidak hanya Zidan adekku yang sedang masuk bangku SMP.
VIEW MORE

Chapter 1 - Hai...

Hallo ... aku Nadia Candra Wirna biasanya si temen-temen aku memanggil Nadia. Aku kenalin yah sama sahabat aku yang super duper kelewatan baik dan pengertian binggo. Panggil aja dia Wulan Kencana. Tingkahnya si gak selayak namanya yang cukup pecicilan dan ceplas ceplosnya. Tapi aku nyaman dengan dia yah.. walau jauh di perbatasan sana tepatnya Klaten.

Dia jauh tapi persahabatan kami tetap terjalin cukup baik. Kenal pertama sejak bangku SMA malah dia tahu jatuh bangunnya kehidupan yang aku jalani.

"Da ngeleh aku. kantin yok."(Da laper aku. Kantin yuk) bisik Wulan menggangguku tengah asik menulis catatan di buku tulis.

Aku hanya meliriknya dan menebar pandangan sekitar untuk mencari aman kemudian aku mengangguk. Kututup buku,"Gasken." Kami berdiri menghampiri bu Ratih guru Bahasa Indonesia.

"Nuwun sewu bu, kula lan Wula idin wonten wingking."(Permisi bu, aku dan Wulan ijin ke belakang) kataku sambil posisi ngapurancang(posisi tangan kanan tertumpuk diatas tangan kiri dan di posisikan pusar perut) dengan agak menunduk. begitu juga Wulan.

sedikit info ya gaes eheheh ngapurancang ini sudah menjadi kebiasaan orang jawa untuk menghormati orang yang lebih tua ataupun dalam MC acara-acara resmi. Tidak hanya itu, berbicara di depan orang banyak seperti sambutan dan lain sebagainya juga digunakan.

"Silahkan."

"Neng buri apa kantin wi!Titip gorengan!"(Ke belakang apa ke kantin tu!Nitip gorengan!) gurau Andre.

Kami yang sedikit kesal membalas dengan wajah sinis dan tetap berjalan keluar kelas. Kami tak pedulikan apa kata anak anak sok suci. Tak lama kemudian belum radius satu kilometer menjauh dari pintu kelas, ada pesan whatsapp masuk.

titip es susu coklat bu Finger

Neron

"Ngapa Nad? do nitip mesti?"(kenapa Nad? pada titip pasti?) tanya Wulan sambil melirik ke androidku.

aku hanya mengangguk dan tetap berjalan santai. Kami menuju kamar mandi dekat kantin,padahal kamar mandi selatan kelas ada. Namun kami memilih untuk kamar mandi sana sekalian makan eheheh.

Sesampainya di kantin ada beberapa siswa yang sesama bolos seperti kami dan ada juga yang jam kosong mengerjakan tugas. Aku langsung jalan ke kamar mandi masuk cuci tangan biar gak bohong ya hehehe. Kemudian, aku menyusul Wulan yang tengah memilih makanan. Kutebarkan pandangan ke penjuru kantin sekalian memantau Pak Zani berpatroli keliling sekolah.

Setelah aku mengambil tahu bakso dua dan donat satu serta pesen jus mangga tawar tanpa es. Wulan mengambil dua donat dan es jus mangga. Kami duduk berhadapan di kursi. Tiba-tiba saat aku menikmati tahu bakso gigitan pertama, aku melihat Pak Zani sedang mengecek parkir motor siswa.

"Lan, piye iki?"(Lan, bagaimana ini) menepuk sikut Wulan.

Wulan sedang menggigit donat dengan lahap itu tak berpikir pusing.

"Santai aja bilang dari kamar mandi."

"Edan we sante men."(Gila kamu santai ).

Wulan dengan santainya memainkan androidnya.

deng deng deng.... jam pelajaran ke dua segera

kriinggg... kringgg....

" halo? napa ben?"

" masih di kantin?"

"masih. piye?"( masih. gimana?)

" oke."

kutaruh androidku di meja dan melanjutkan tahu bakso yang super gurih ini tanpa digoreng. Dipertengahan menyeruput jus mangga, Ben dan gerombolannya yaitu Wahyu,Zidan,Rama,dan Denis. mereka anak voli yang tk main tingginya bahkan gawang pintupun hampir mereka sundul. Dibelakang mereka ada Roni,Anggit,dan Doni. Kalau mereka anak silat yang salah satu dari mereka merupakan pasanganku.

" Anggit nyusul tu Nad,"kata Wulan sambil menyenggol lenganku dimana aku masih menikmati jus manggaku.

"Biarin."

"Ngipin si ngambekan apa gimana?"ledeknya.

"Bareng yak Lan," kata Anggit yang bersiap duduk di sebelahku sambil membawa sepiring ayam geprek.

"Hadeeuhh bat nyamokkk lagi."

"Hahaha makanya cari, galau muluk."

Aku hanya menghela nafas dan melirik perdebatan mereka sembari mengaduk aduk gsk jelas jus yang mulai menyusut. Anak voli mulai menyusul begitu juga dengan Roni dan Doni. Obrolan yang membahas mengenai pelajaran selanjutnya yang kami skip.

Malahan pelajaran jam ini yaitu Biologi. Tak jarang kami sekedar mampir ke kantin mengisi perut kosong kami di sela pergantian jam. Bukannya kami nakal, hanya saja guru yang menurut kami kurang pas itu membuat kami bosan dalam pelajaran. Candaan yang keluar dari mulut kami dari sabang sampai merauke membuat Sely,Cindy,Diva,Rina menyusul ke kantin.

Kata mereka kelas kosong tak ada yang masuk. Mereka sempat bermain petak umpet dengan Pak Anjar dan akhirnya mereka sempat lolos.

"Kelas kosong lur," ucap Sely dengan nafas kurang baik.

"Lah ngapa ngos-ngosan?" (lah kenapa ngos ngosan?) tanya Romi.

"Sialan.. sini habis petak umpet sama pak Anjar."

"Yodah minum minum bang sini duduk,"ajakku sambil menepuk bangku kosong simpangnya.

Cindy menarik nafas panjang kemudian berjalan ke kursi yang ditunjukku. Disitu kami kumpul menunggu jam pelajaran selesai. Ditengah obrolan seru, Pak Zani mulai mendekati kami membuat kaum hawa panik. Tapi, para kaum adam diam terlihat tenang dan santai. Aku mulai bangkit namun Anggit menarik tanganku untuk untuk tetap duduk. Wulan yang berpura pura tenang namun sebetulnya kepanikan dalam dirinya yang ia tutupi.

Sesampainya Pak Zani berdiri di sebelah Ben. Dan menanyakan bahwa pelajaran apa yang sedang kami ampu. Beliau menyuruh kami untuk segera menghabiskan hidangan di meja. Cindy dan Sely yang tengah mengunyah cilok yang super duper lezat itu. Alasan Ben mewakili kami dimana ia memberi alasan kalau lapar dan gak bisa masuk materi. Pak Zani tetap menunggu sebelah Doni itu. Disitu seakan akan kami sedang konversi meja bundar yang didampingi oleh guru BK.

Pak Zani juga senyam senyum melihat tingkah kami. Dan malah turut pesan soto dengan teh panas yang duduk bersama kami.

"Mangga pak sotonipun lan teh panas,"(silahkan pak sotonya dan teh panas)ucapku sambil menaruh semangkuk soto dan teh panas kemudian Ben memberikan kursi di sebelahnya.

"Wahh makasih lo semoga kalian sukses nantinya."

"Aamiin!!"jawab kami dengan seksama dan serentak.

Aku kembali duduk kembali menikmati jus. Cindy kemudian memesan ayam geprek dengan gorengan. Kami kembali santai akan keadaan yang sempat menegang. Ben,Anggit, dan Doni memancing candaan untuk memancing suasana yang mendinginkan. Beni yang berada di perpustakaan memberikan kabar dengan gambar foto di grup kelas kalau Pak Anjar duduk di ruang kelas tepatnya di kursi guru sembari memainkan ponselnya.

Dari situ kami saling berbalas lewat android masing masing.

Nunggu sampe nglumut ahahah~Beni

Durhaka kau nak gak boleh begitu sama pak Dokter ~Doni

Balik kapan slur?~ Beni

Nanti pas dia udah jadi milikku~Ben

Nanti kalau udah gak ujan ~Cindy

Gue,Nadin, sama Nanda di perpus tidur jon~Beni

astaghfirullah tobat heh kalean~Doni

Masyaallah lu pada ngapain woy ~Roni

Biasalah hahaha~Nadin

"Masuk gak ni?"bisik Sely.

Aku melirik ke Anggit kemudian Wulan untuk menjawab pertanyaan Sely.

"Ntaf ajalah,"jawabku.