"Galant." Telapak tangan Arghi rata di punggungnya, terselip begitu jauh di bawah kemejanya sehingga Galant bisa merasakan udara sejuk di kulitnya.
"Hm?"
Mata mereka bertemu.
Galant tahu dia kacau ketika Arghi tersenyum dengan senyum lembut dan sepasang mata yang tulus.
"Aku ingin setiap bagian dari dirimu," katanya padanya.
Galant diam. "Baik."
Jari-jarinya dan pinggangnya dan matanya semua tertuju pada Arghi.
"Baik?" Arghi bertanya, seringai setengah tumbuh padanya.
Galant membiarkan kepalanya jatuh ke belakang saat dia menghela nafas. Itu bergema di antara bagian terdalam tubuhnya.
Arghi menginginkannya.
Dia merasakan tangan menyentuh wajahnya kali ini.
"Itu terlalu banyak?" Arghi berbisik.
Galant menemukan matanya. "Tidak, tidak—aku hanya. Kau menginginkanku."
Dia mengatakannya seolah-olah dia membutuhkan kepastian.
"Kemarilah," Arghi bersenandung, terus memegangi wajah Galant sampai dia yang ditekan ke tempat tidur. "Bagus."
Tiga.
