Arghi masih duduk diam di depan jendela kamarnya yang sepi sekali lagi dia menjalankan aktivitas yang biasa dia sering lakukan sebelum dirinya memutuskan untuk melompat dari jendela. Menghitung satu persatu awan yang berada di atas langit yang menjadi salah satu kegiatannya kali ini, karena bagi Arghi tak ada lagi yang bisa dia lakukan sekarang selain hal ini di dalam keinginannya sendiri yang tidak akan ditolak oleh siapapun.
46, 47,... 51...
Hitungannya terhenti ketika kursi rodanya tiba-tiba bergerak dan berputar untuk menjauhkan dia dari jendela itu yang sekarang seperti sebagian dari hidupnya. Bibir Arghi terbuka, tetapi dia menutupnya kembali ketika dirinya tidak memeliki hak untuk menolak apapun yang tidak dia inginkan. Ini bukan lagi hidupnya sekarang karena tidak berjalan sesuai apa yang seharusnya dia inginkan dan rencanakan, semua ini tentang seseorang yang sekarang mengikatnya.