Suara keras memenuhi telinganya, rasa sakit yang panas dan membakar menebas wajah Arghi. Panasnya dengan cepat berubah menjadi sesuatu yang lebih dingin, menggigit dan menjalar di setiap inci tubuhnya. Arghi mencium bau pizza, makanan lain yang lebih layak dari pada dia makan sebelum-sebelum ini atau itu hanyalah sebuah hayalan karena Arghi sudah terlalu lapar begitu sering. Semua orang pergi, hanya sekadar lewat dan bertanya untuk hal-hal yang tidak perlu. Menebar raut kasihan pada Arghi, tetapi tak ada yang benar-benar peduli. Sudah berapa bulan ini? Atau bahkan sudah berapa tahun dia di sini? Hidup sebagai seorang tunawisma dan selalu mendapatkan ancaman-ancaman untuk bekerja di bawah orang-orang dewasa yang berkuasa akan tempat ini.