"Permisi. Tante, Cantika," ucap Aksa.
Aksa memang selalu bersikap manis dan sopan santun ketika bertamu ke rumah Cantika. Bukan karena Aksa sedang mengambil perhatian kedua orangtua Cantika, tetapi menurutnya keluarga Cantika memang wajib untuk di hormati. Karena mereka semua adalah orang-orang baik. Dan baginya, Mamah Papahnya sendiri tidak mencerminkan jika mereka adalah orang baik.
"Eh, Aksa. Masuk sini, nak. Kamu udah sarapan belum? kalo belum, sarapan dulu sini," jawab Mamahnya Cantika.
"Makasih, Tante. Tadi Aksa udah sarapan di rumah. Om kemana Tante? Kok ga keliatan?" jawab Aksa dengan berbohong.
"Papahnya Cantika udah berangkat ke kantor barusan."
"Oh gitu..."
"Mamah sama Papah kamu gimana? Mereka sehat kan?" tanya Mamahnya Cantika.
Mendengar pertanyaan dari Mamah Cantika membuat wajah Aksa sedikit muram. Karena sekarang ini hubungan Aksa dengan kedua orangtuanya sedang tidak baik. Mamah Cantika yang sudah bertanya seperti itu pun merasa tidak enak dengan Aksa.
"Kamu kenapa Aksa? Kok wajah kamu tiba-tiba jadi muram seperti itu. Apa Tante ada salah bicara ya sama kamu?" tanya Mamahnya Cantika.
"Engga Tante. Tante ga salah. Mamah sama Papah baik-baik aja keadaannya. Tante sama Om sendiri gimana kabarnya?"
"Syukurlah. Tante sama Om juga baik-baik aja kok."
"Syukurlah Tante kalo gitu."
"Yaudah kalo gitu sekarang kita berangkat, yuk," ajak Cantika dengan manjanya.
"Bukannya di tawarin minum atau apa, baru sampai malah di ajak pergi lagi. Kamu ini gimana si sayang," jawab Mamahnya.
"Ihh Mamah. Aku kan cuma takut kalo aku dan Aksa telat masuk sekolah. Kalo telat, aku dan Aksa kan jadinya bisa dapat hukuman."
"Iya, Tante. Benar apa yang di katakan Cantika. Yaudah kalo gitu kita berangkat sekarang ya."
"Iya. Aku pamit sekolah dulu ya Mah."
"Pamit dulu Tante."
"Iya. Kalian berdua hati-hati ya. Belajar yang rajin."
"Iya, Mah."
"Siap, Tante."
Sekarang Aksa dan Cantika sudah berangkat ke sekolah bersama. Di rumahnya kini hanya tersisa Mamah Cantika dan asisten rumah tangganya. Semua orang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Sehingga membuat Mamah Cantika merasa kesepian ketika berada di rumah.
"Semuanya udah pergi untuk melakukan aktivitasnya masing-masing. Semoga aja Cantika dan Aksa bisa tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang pelajar. Karena sejujurnya aku takut kalo mereka berdua sering berduaan seperti itu," ucap Mamah Cantika di dalam hatinya.
******
Aksa dan Cantika berangkat ke sekolah dengan menggunakan mobil milik Aksa. Awalnya ketika Aksa dan Cantika berangkat ke sekolah bersama, banyak pasang mata yang melihati mereka berdua dengan sangat sinis. Karena mereka semua tidak suka jika Aksa dan Cantika sedekat itu. Mereka semua cemburu dengan hubungan Aksa dan Cantika. Tetapi lama kelamaan mereka semua bersikap biasa-biasa saja. Ketika Aksa dan Cantika datang, semuanya bersikap biasa saja. Hanya ada beberapa orang saja yang masih tidak menyukai hubungan mereka berdua. Sisanya mungkin karena mereka sudah lelah mengejar-ngejar Aksa atau Cantika yang semakin hari justru semakin erat hubungannya.
Sesampainya di sekolah, Aksa dan Cantika yang satu kelas pun langsung masuk ke dalam kelas mereka. Mereka berdua duduk berdua sambil membicarakan hal-hal yang membuat mereka berdua tertawa. Sudah pasti murid lainnya yang ada di sana mereka iri dengan pasangan yang satu ini. Hingga akhirnya salah satu Guru mereka masuk ke dalam kelas. Kemudian Aksa langsung kembali duduk di tempatnya. Dan kegiatan belajar mengajar akan segera di mulai.
"Selamat pagi semuanya," sapa Guru itu.
"Pagi, Bu...."
"Silahkan kumpulkan pekerjaan rumah yang kemarin Ibu kasih ya. Yang ga bawa, silahkan maju ke depan sekarang juga. Jangan banyak alasan."
Guru tersebut memang terkenal dengan sebutan Guru killer. Sehingga semua murid tidak ada yang berani dengannya. Semua murid langsung mengumpulkan tugas mereka. Tetapi Cantika kini justru sedang sibuk mencari bukunya yang entah kemana.
"Kok buku gua ga ada ya? Kemarin gua udah kerjain loh. Masa gua ga bawa si. Mampus gua kalo emang ga bawa," ucap Cantika di dalam hatinya sambil mencari buku tugasnya di dalam tas.
Aksa yang melihat Cantika sedang gelisah pun langsung memanggilnya.
"Cantika. Kamu kenapa?"
"Kayanya buku aku ketinggalan deh Aksa. Padahal aku udah kerjain tugasnya kemarin," jawab Cantika dengan wajah yang sangat panik.
"Udah, udah kamu jangan panik ya. Kamu pakai buku aku aja. Namanya biar aku ganti ya. Supaya ga curiga kalo tulisannya beda."
"Tapi kamu jadinya gimana Aksa? Kamu nanti bisa di hukum loh."
"Ga apa-apa. Yang penting kamu ga di hukum. Sebentar ya."
Aksa langsung mengganti nama buku yang ada di depannya dengan nama Cantika. Kemudian Aksa langsung memberikannya kepada Cantika supaya Cantika bisa menggumpulkan tugasnya dan tidak mendapatkan hukuman.
"Ini bukunya," ucap Aksa setelah mengganti nama di bukunya.
"Kamu beneran ga apa-apa?"
"Iya ga apa-apa. Udah cepat sana."
"I... Iya. Makasih banyak ya."
"Iya, sama-sama."
Cantika kini akhirnya bisa mengumpulkan tugasnya dengan menggunakan buku milik Aksa. Sedangkan Aksa maju ke depan kelas dan mengaku jika dirinya tidak mengerjakan tugas kali ini. Padahal seharusnya Cantika lah yang melakukan itu semua. Tetapi demi wanita yang dia cintai, Deon rela di hukum. Asalkan bukan Cantika yang di hukum. Karena Aksa tidak akan kuat jika melihat wanita yang selama ini di jaga justru mendapatkan hukuman dari Guru itu.
"Kamu ga mengerjakan tugas?" tanya Guru itu.
"Iya, engga Bu."
"Kenapa ga kamu kerjakan? Itu waktunya lama loh. Dua hari."
"Iya. Soalnya kemarin saya pergi sama keluarga saya jalan-jalan, Bu. Makanya saya lupa."
"Kamu ini. Wajah doang tampan tapi tidak di siplin. Kalo gitu kamu putari lapangan sebenyak sepuluh kali sekarang juga. Cepat. Ibu akan lihati kamu."
"Baik, Bu."
Aksa pun langsung keluar dari dalam kelasnya menuju ke lapangan sekolah dengan di temani oleh Guru nya. Karena Guru itu tidak percaya jika tidak melihat langsung dengan kedua bola matanya. Sesampainya di lpangan, Aksa langsung menjalankan hukumannya.
"Cepat kamu keliling lapangan sepuluh kali sekarang."
"Baik, Bu."
Kondisi lapangan sekolah kali ini sangat terik. Di sana juga terdapat kelas lain yang sedang melakukan pelajaran olahraga. Sehingga Aksa langsung menjadi pusat perhatian di sana. Tetapi Aksa tidak mempedulikan itu semua. Ketika Aksa sedang menjalani hukuman saja, Aksa masih sempat-sempatnya memikirkan Cantika. Padahal dia sudah berkorban untuk Cantika kali ini.
"Semoga aja Cantika ga ketahuan kalo dia pakai buku gua. Soalnya kalo sampai ketahuan, udah pasti Cantika akan mendapatkan hukuman seperti ini juga. Kasihan kan kalo sampai Cantika di hukum seperti ini. Gua ga akan tega," pikir Aksa di dalam hatinya.
-TBC-