Zeana sudah mengantarkan Olyn sampai ke kamarnya, ayah Olyn sedang tak ada di rumah, menurut para maid, tuan besarnya itu jarang menginjakkan kaki di sana saat sore menjelang malam tiba.
Kamar Olyn tampak sangat sederhana meski luas, berbanding terbalik dengan keadaan kamar Olyn saya ibunya masih hidup.
"Ga usah banyak mikir ya, besok kita ketemu di sekolah," ucap Zeana mendekati Olyn dan mengelus lengannya.
Olyn mengangguk, "Gue udah terbiasa ancur kok, ga usah khawatir berlebihan," ucap Olyn dengan seulas senyum tipis.
Zeana menggeleng, "Lo tahu ga sih kalo patah hati bisa bikin orang mati? Bahaya tau! Lagian gue tahu kalo lo ga baik-baik aja, ga usah masang topeng lo. Ga capek apa?!" cerocos Zeana.
"Gue ga bakal bunuh diri, Ze. Gue masih pengen liat jadi apa lo waktu gede nanti," sahut Olyn dengan senyum paksa terukir jelas di wajahnya.
"Gue pegang omongan lo, Lyn!" sorak Zeana.
Olyn mendengus, "Balik sana! Kasian, abang lo nungguin tahu!" usir Olyn.