"Waktu gue telepon si Shamus, itu waktu di tengah-tengah telpon ya, gue denger ada suara cewek," lirih Kaesha.
Zeana sekali lagi melirik ke arah pintu kamar tamu, takut-takut jika Olyn tiba-tiba sadar dan mendengar ucapan mereka.
"Kira-kira di tempat Shamus telpon, rame ga?" tanya Zeana.
Kaesha mengerutkan keningnya, berusaha mengingat kembali. "Kayanya sih iya, ada suara.. deru angin? Sepeda motor? Atau AC? Ga tahu Ze, ga jelas banget!"
"Emang si cewek ngomong apa? Lo denger ga?" tanya Zeana.
Kaesha merapatkan bibirnya, "Ga, ga denger, soalnya kaya bisik-bisik yang samar."
Decakan Zeana terdengar nyaring.
"Bentar, deh!" sorak Kaesha menyela, "Gue lagi inget-inget lagi, soalnya cewe itu kaya ga sabaran gitu."
"Udah selesai belum?"
"Hah?" Kaesha menatap Zeana aneh.
"Kalo lo bilang si cewe tadi keliatan ga sabaran, ada kemungkinan dia bilang, 'udah selesai, belum?' Iya kan?"
Kaesha tercenung, ucapan sahabatnya benar.
"Udah masuk ke intinya, Sha," celetuk Zeana lirih.