Zeana melepaskan kancing jasnya dan meregangkan punggungnya yang kaku, pelajaran matematika batu saja selesai, lima menit lagi, bel istirahat akan berbunyi.
Ia melirik bangku Felisha yang kosong, gadis itu tak masuk hati ink, sempat membuatnya bertanya mengenai apa sebab gadis itu alpa.
"Mikir apa?" tanya Sheryl yang sedari tadi mengamati gerak-gerik Zeana.
Zeana menggeleng pelan. "Gue cuma kepikiran sama Felisha."
Mendengar nama Felisha yang akhir-akhir ini mereka sebut, Olyn dan Alula ikut berembuk, berbeda dengan Kaesha yang tetap fokus pada novelnya.
"So? Lo kemarin jadi ke rumahnya Felisha kan?" tanya Olyn.
Sheryl yang mengetahui bahwa Zeana enggan menjawab, hanya menghela nafas. Ia memutuskan untuk mengajukan diri menjadi narasumber kawan-kawannya.
"Iya, kemarin Zeana ke sana," jawab Sheryl, sembari beberapa kali melirik Zeana dengan perasaan bersalah.
"Apa? Sendirian?" tanya Alula.
Sheryl menggeleng, "Lo bareng sama abang lo kan?" tanya Sheryl memastikan.
Satu detik.