Zeana menekuk lututnya dan merebahkan kepalanya di atas meja, mengabaikan Ryu yang duduk di depannya. Entah menunggu apa.
Sudah lima menit berakhir sejak bel istirahat berbunyi dan Ryu mengunjunginya.
"Perlu aku beliin teh hangat ga?" tawar Ryu yang tak tahu harus bicara apa.
"Ga," jawab Zeana pendek. Ia sedang tak ingin makan dan minum apa pun untuk saat ini.
Ryu menghela nafas, tetap diam untuk beberapa saat kemudian. Khawatir jika ia menanyakan sesuatu lagi atau mencoba membuka topik percakapan, mood Zeana akan semakin buruk.
"Ga balik?" tanya Zeana dengan desisan kecil di ujung kalimatnya.
Ryu yang sedari tadi berenang dalam lamunannya tersentak kaget. "Apa, Ze? Ga denger tadi."
Zeana berdecak, lalu mengulangi lagi ucapannya, "Ga balik?"
"Siapa?" tanya Ryu bingung.
"Kamu," jawab Zeana pendek.
Pikirannya tak terlalu jernih sekarang, delapan puluh lima persen fokusnya teralih pada rasa sakit yang kini mendera perutnya, efek datang bulan yang baru datang tadi pagi.
