Karena mereka sedang berada di perumahan yang mewah, jarang ada orang yang naik bus. Semua orang memiliki kendaraan pribadi mereka masing-masing.
Oleh karena itu, hanya ada Ella dan Budi saja di perhentian bus tersebut.
Ella memandang pria di hadapannya dengan tatapan jijik yang tidak berusaha ia tutupi sama sekali.
Kalau sebelumnya ia masih berharap pada ayahnya, sekarang semua harapannya itu telah hancur.
Setelah lima tahun berlalu, sepertinya ia belum sepenuhnya berubah. Di dalam hatinya, ia masih memiliki sisi naif, sisi yang berharap bahwa ayahnya akan menjadi penyelamatnya. Seperti ayahnya yang dulu.
Walaupun pikirannya sedang berkelana ke masa lalu, Ella tetap memandang lurus ke wajah Budi.
"Apakah kamu datang padaku karena putrimu itu?" bibir Ella menyunggingkan senyum sinis.