"Sudahlah santai saja, malam ini cuma ada kita berdua. Tubuhku hari ini adalah milikmu!"
Suara menggoda wanita itu menggema dari kamar di lantai dua hingga ke bawah. Rumah yang tenang itu segera terisi dengan suara desahan.
Ketika dirinya baru saja memasuki rumah, suara desahan panjang wanita itu dapat terdengar di telinganya dengan jelas.
Rumah ini adalah rumah yang telah Natalie persiapkan ketika nanti dia pindah bersama dengan suaminya. Karena berbagai hal, mereka masih belum tinggal bersama dan mereka sepakat untuk membiarkan rumah ini kosong untuk sementara waktu.
Lalu kenapa tiba-tiba ada suara seorang wanita dari atas?
Langkah demi langkah dia ambil dengan perlahan, dia segera naik ke lantai dua untuk melihat.
Pintu kamar tidur utama terbuka, dia memberanikan diri mengintip dari celah pintu dengan rasa penasaran yang tinggi.
Di bawah cahaya lampu pijar yang hangat, sepasang wanita dan pria sedang duduk berpangkuan di atas sofa merah.
Wanita itu terlihat cantik dan sexy, rambutnya yang panjang dan keriting itu tersebar di dada telanjang pria tersebut. Bibirnya yang merah muda itu tidak mau melepaskan bibir pasangannya.
"Erlyn, sebaiknya kita jangan melakukannya di sini. Bagaimana kalau kakakmu itu melihat …. " Pria itu berhasil melepaskan diri dari bibir wanita tersebut dan wajahnya segera terlihat sedikit khawatir.
"Jangan takut, dia itu cuma seorang pecundang. Dia selalu menuruti apa kata orang dan dia tidak akan mungkin marah jika melihat kita sedikit bermain-main. Lagipula bukankah kita akan menikah setelah kamu mencampakkannya? Hahaha, dia tidak akan mengira bahwa rumah dan cowoknya akan menjadi milikku semua!"
Perempuan bernama Erlyn itu tertawa dan kembali mendorong tubuh pria itu hingga bersandar di sofa. Dia 'mengendarai' sambil melepaskan kain terakhir yang menutupi tubuhnya.
Melihat hal ini secara langsung membuat linglung Natalie dalam sekejap.
Pria yang pasrah diserang itu adalah tunangannya yang bernama Reynold, dan malam ini dia menyaksikan secara langsung bahwa dia bersenggama dengan adik sepupunya Erlyn di rumahnya.
Perasaan hancur dan malu bercampur jadi satu sehingga membuatnya kesulitan untuk bernapas sementara waktu.
Rasa sakit yang tajam segera terasa di sudut bibirnya, dan ada rasa manis di ujung lidahnya.
Sepertinya dia baru saja melukai bibirnya, tetapi rasa sakit itu membuatnya terbangun.
Meskipun saat ini dia sangat ingin mencabik-cabik kedua orang itu hidup-hidup, perkataan tentang Erlyn itu memang benar.
Selama 2 tahun ini, hampir seluruh warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya telah diambil oleh keluarga sepupunya itu.
Jika dia melawan Erlyn sekarang, dia tidak akan punya apa-apa lagi di dunia ini.
Natalie mengambil napas panjang, berusaha untuk menahan rasa sakit di hatinya. Dia lalu mengeluarkan ponselnya dari tasnya dengan tangan gemetar, mematikan suara dan lampu dari kameranya dan merekam seluruh kejadian.
Karena dia belum menikah dengan Reynold, setidaknya ini akan menjadi kartu As baginya ketika waktunya telah datang.
Pelakor dan pria tidak tahu diri ini akan merasakan akibatnya!
...
Malam semakin pekat, seluruh kota Surabaya telah dipenuhi oleh lampu jalan maupun lampu gedung yang menyala.
Hati Natalie justru berbanding terbalik dengan suasana malam hari ini.
Rasa sedih yang bercampur dengan kecewa itu kembali menyerang dirinya, setetes air mata segera mengalir keluar dari sudut matanya.
Dipenuhi oleh berbagai campuran emosi sekaligus, dia pergi ke bar untuk menghilangkan rasa sakitnya. Ketika dia meminum gelas ke-3 Whiskey-nya, dia menatap ponselnya dalam-dalam.
Dia membuka galeri dengan jari yang gemetar dan menghapus foto-foto Reynold dari dalam galerinya.
Namun ketika melihat foto-foto itu, satu per satu kenangan manis mulai kembali berputar di dalam kepalanya. Setetes demi setetes air mata keluar ketika foto-foto itu terhapus.
Natalie Andersen, kamu tidak boleh menangis! Kamu adalah wanita yang kuat, kamu pasti bisa melewati ini semua!
Di tengah-tengah penguatan dirinya itu, sesosok ayah dan ibu segera melintas di benaknya.
Dia sangat merindukan senyuman mereka…
Demi orang tuanya, dia tidak boleh hancur hanya karena seseorang mengkhianatinya!
Setelah membayar tagihannya, dia segera pergi dan tidak lupa membungkus satu botol Whiskey.
Ketika berjalan, rasa sedih itu masih tidak hilang. Dia segera mencari tempat duduk dan membuka botol yang dia bawa.
"Kakak cantik, kenapa kok minum sendirian? Ayo sini main sama kita." Seorang lelaki mendekati dirinya sambil menatap dirinya dengan tatapan mesum.
Natalie melihat sekitarnya dengan cepat. Meski sedikit mabuk, dia menyadari bahwa dia berada di distrik merah yang merupakan tempat pelacuran dan tempat orang-orang berbahaya berkumpul. Sepertinya dia salah mengambil arah ketika berjalan keluar dari bar.
"Maaf, tapi aku datang sama pacarku. Sebentar lagi dia akan kembali jadi sebaiknya kamu pergi."
Sambil tersenyum, lelaki itu maju dan meraih tangan Natalie.
"Mana ada pacar yang membiarkan pacarnya mabuk di tempat seperti ini. Sudahlah jangan berbohong, malam hari ini aku akan menjadi pacarmu!"
Ah benar juga, orang ini telah mengingatkan dirinya lagi tentang kenyataan yang pahit itu. Reynold yang sekarang sudah tidak akan mungkin menyelamatkannya.
Merasa terancam, Natalie dengan cepat berusaha melarikan diri.
Ketika dia berjuang melepaskan diri, seorang petugas patroli mendengar teriakannya dan menghampirinya. "Pak tolong saya pak! Aku tidak kenal orang ini!"
Ketika petugas patroli itu melihat mereka, lelaki itu terdiam. Setelah beberapa saat stagnan, dia berjalan maju sambil mengeluarkan uang dari dompetnya.
"Sayang sudahlah, kamu nakut-nakutin pak polisinya ini lho. Maafkan istriku pak, dia merajuk dan pergi minum hanya karena aku lupa memasak makan malam. Saya cuma berusaha membawanya pulang karena hari sudah malam dan saya takut dia kenapa-kenapa."
"Omong kosong, aku tidak kenal kamu! Lepaskan aku!"
Sandiwara lelaki mesum itu sama sekali tidak menunjukkan kelemahan, justru wajah mabuk Natalie yang mencurigakan. Awalnya polisi patroli itu percaya dengan cerita Natalie, tetapi akhirnya dia memutuskan bahwa Natalie benar-benar sedang mabuk. "Ibu, sebaiknya turuti kata-kata suamimu dan segera pulang."
"Tuh dengar kan sayang, ayo cepat kita pulang! Tempat ini berbahaya untukmu!"
Lelaki itu menyeringai dan menarik Natalie kembali.
Ketika polisi tersebut pergi, Natalie menyadari ada dua orang yang sedang merokok tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Mereka berdua menyeringai sambil menatap dirinya. Sepertinya dia akan diperkosa atau dijual jika mengikuti alur sekarang.
Di tengah kepanikannya, dia melihat sebuah mobil Lincoln berwarna hitam melaju di pinggir jalan.
Dia melirik sekitarnya dan mengambil batu di tanah. Dengan adrenalin yang berpacu, dia melempar batu tersebut ke arah mobil.
PRAK!
Batu tersebut sukses menghantam kaca depan mobil.
Suara itu tidak menciutkan nyali para lelaki mesum ini.
"Percuma, orang-orang tidak akan menyelamatkanmu meski mereka mau. Malam ini aku harap kamu dapat memperlihatkan keliaranmu yang sekarang ini di atas ranjang. Jangan mengecewakan kita atau kami akan membunuhmu."
Ketika arogansi menyelimuti dan membuat buta ketiga pria ini, semua sudah terlambat.
Dua lusin laki-laki berbaju hitam segera mengepung mereka dalam lingkaran.
Tidak butuh waktu lama untuk mereka segera terkepung dan menyadari ketidakberdayaan mereka.
Sekarang mata mereka terpusat pada mobil Lincoln yang kaca depannya rusak itu.
Mobil seharga 100 ribu dollar Amerika itu dapat membuktikan bahwa pemilik mobil bukanlah sembarangan orang.
Ketika pintu mobil itu terbuka, seorang berjas hitam keluar dan memancarkan sebuah aura yang agung dan menekan. Dia adalah Anthony Stevano seorang CEO dari perusahaan ternama. Dia telah masuk di majalah TIME milik Amerika dan dinobatkan sebagai 10 orang berpengaruh di dunia.
Pada saat ini, wajah tampannya itu benar-benar gelap dan tatapannya mampu membekukan orang.
"Tuan muda, bagaimana Anda akan menangani orang-orang ini?" Pelayan pribadinya yang bernama David ini memasang wajah jijik sambil menatap Natalie dan ketiga lelaki tersebut.
Dalam sejarahnya bekerja, belum ada orang yang berani mengancam keselamatan tuannya. Dan pada malam hari ini, keempat orang di depannya ini berani melempar batu ke mobil tuan mudanya. Hukuman seribu tahun terlalu ringan untuk mereka!