Lounge berada di lantai dua. Banyak rekan sedang istirahat makan siang di aula sebelah.
Meskipun pintu tipis itu telah ditutup oleh Roby, suara di dalam ruangan masih bisa tembus.
Jika Chila berteriak, rekan-rekannya pasti akan mendengarnya.
Dia tidak bisa kehilangan muka. Dia tidak ingin terlihat melakukan hal seperti itu dengan seorang pria di sini.
...
Dia meraih bantal dengan kedua tangannya dan berusaha mati-matian untuk melarikan diri.
Namun, dia akhirnya tidak punya peluang untuk melarikan diri dan hanya bisa tidak berdaya di sudut tempat tidur.
Air mata mengalir di wajahnya, dan kebenciannya pada Roby meningkat tajam.
Roby memegang pinggang kecilnya erat-erat dengan tangan besarnya sampai dia menjadi satu dengannya. Kenikmatan yang luar biasa itu seperti nyala api kecil, meledakkan ledakan kuat di tubuhnya. Ini juga merupakan keinginan aslinya terhadapnya.
Wanita ini miliknya!
Chila terisak dan memohon padanya dengan suara rendah.
